Urutan Uraian Materi
v Ibu Kota
Sulawesi Tenggara merupakan
sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian
tenggara pulau Sulawesi dengan ibukota Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara
terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi.
v Berdirinya
Realisasi pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi
Tenggara dilakukan pada tanggal 27 April 1964, yaitu pada waktu dilakukannya
serah terima wilayah kekuasaan dari Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Tenggara, Kolonel Inf.A.A Rifai kepada Pejabat Gubernur Kepala Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara, J. Wajong.Pada saat itu Provinsi Daerah Tingkat I
Sulawesi Tenggara mulai berdiri sendiri terpisah dari Provinsi Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan. Oleh karena itu tanggal 27 April 1964 adalah hari lahirnya
Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara yang setiap tahun diperingati.
v Dasar Hukum
Sulawesi Tenggara
awalnya merupakan nama salah satu kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan dan Tenggara Sulselra dengan Baubau sebagai ibukota kabupaten.
Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasarkan Perpu No.
2 tahun 1964 Juncto UU
No.13 Tahun 1964.
v Letak
Secara geografis
terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' –
06°15' Lintang Selatan dan
120°45' – 124°30' Bujur Timur
v
Tanda
Plat Nomor Kendaraan
·
Kabupaten
Konawe (DT - A*),
·
Kabupaten
Kolaka Utara (DT - B*),
·
Kabupaten
Wakatobi (DT - C*),
·
Kabupaten
Muna (DT - D*),
·
Kota Kendari
(DT - E*),
·
Kabupaten
Buton Utara (DT - F*),
·
Kabupaten
Buton (DT - G*),
·
Kabupaten
Konawe Selatan (DT - H*),
·
Kabupaten
Kolaka (DT - J*),
·
Kabupaten
Bombana (DT - K*),
·
Kabupaten
Konawe Utara (DT - M*)
v Luas Wilayah
Serta mempunyai
wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut)
seluas 110.000 km² (11.000.000 ha).
v Bandar Udara
·
Beto Ambari
:
Alamat : Jl.
Dayanu Ikhsanuddin, Kel. Katobengke, Kec. Betoambari, Kota Bau-Bau, Sulawesi
Tenggara, 93724
Pengelola :
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas :
Kelas III
·
Buton Utara
/ lantagi
Alamat :
Kel. Bonelipu, Kec. Kulisusu (Kalingsusu/Kalisusu), Kab. Buton Utara, Sulawesi
Tenggara, 93672
Pengelola :
TNI
Kelas :
Satpel
·
Haluoleo
Alamat : Jl.
Bandara WMI, Kendari, Kel. Ambaipua, Kec. Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara, 93871
Pengelola :
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas :
Kelas I
·
Matahora
Alamat :
Jl.Ir.Soekarno, Kel. Matahora (Metohora), Kec. Wangi-Wangi Selatan, Kab.
Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 93795
Pengelola :
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas :
Kelas III
·
Sangia
Nibandera
Alamat :
Desa Tanggetada, Kel. Tanggetada, Kec. Tanggetada, Kab. Kolaka, Sulawesi
Tenggara, 93563
Pengelola :
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas :
Kelas III
·
Sugimanuru Muna
Alamat :
Jl.Poros Bandara Desa Kusambi Kec.Kusambi Kab.Muna Barat, Kel. Kusambi, Kec.
Kusambi, Kab. Muna, Sulawesi Tenggara, 93655
Pengelola :
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas :
Kelas III
Ø Pelabuhan Simpu Buton Selatan
v Pahlawan
1. La Ode Muhammad Saman Ramli
Sebab berjuang, beliau dan arek-arek Suroboyo
yang dipimpin Bung Tomo tidak suka terhadap kehadiran tentara Inggris yang
dipimpin oleh Mallaby yang bermaksud ingin menduduki kota Surabaya. Tujuan untuk mengusir tentara Inggris dari tanah ari
Indonesia.
Akhir perjuangan yaitu mereka berhasil menurunkan bendera Belanda di hotel Yamato Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Atas jasanya, Ramli diberi penghargaan satya lencana bintang maha putra, suatu penghargaan tertinggi di republik ini, oleh presiden Soekarno. Kemudian pada saat memasuki masa tenang, ia kemudian bergabung dalam kesatuan Angkatan Laut di Surabaya dengan pangkat terakhir Letnan Laut. Pada tahun 1963 ia diangkat menjadi Komandan Angkatan Laut di Bau-Bau Buton. Pada tahun 1967 ia membentuk pos Angkatan Laut di Wanci hingga memasuki masa pensiun. Masa purna baktinya dihabiskannya dengan penh bahagia di kota Surabaya bersama isterinya ingga akhir hayatya.
2. Andi Kasim
dan Para Pejuang Yang Tergabung Dalam PRI-PKR Kolaka
Sebab berjuangyaitu karena pada saat itu tentara Nica berniat memasuki daerah Koalaka Tujuan yaitu untuk mencegah kedatangan tentara Nica memasuki wilayah Kolaka serta untuk membela kemerdekaan Ri di Kolaka. Sedangkan tujuan yang paling utama adalah untuk mempertahankan cita-cita proklamasi kemerdekaan yang telah dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Akhir perjuangan yaitu beliau dan kawan-kawan berhasil memporak-porandakan dan mempermalukan pasukan Nica dalam suatu perjalanan pulang dari Pomalaa menuju kendari. Namun di pihak PKR satu orang gugur sebagai syuhada dan satu orang luka.peristiwa inipun berakhir dengan perjanjian di Kolaka yang cukup a lot dan menegangkan antara deleasi pemerinahan Kolaka dipimpin Andi Kasim dengan Penguasa militer Australia di Makassar pada bulan Desember 1954.
3. Konggoasa
Sebab berjuang yaitu karena
beliau prihatin terhadap keadaan sosial ekonomi rakyat Kolaka yang sangat buruk
akibat penjajahan Belanda yang ingin kembali menguasai Kolaka pada tahun 1945
yang turut serta membonceng tentara Australia yang bertujuan untuk melucuti
bala tentara Jepang. Selain itu beliau dan rekan-rekannya juga merasa bahwa
tindakan pihak Australia dan Belanda tersebut telah menginjak-injak kehormatan
dan kedaulatan bangsa Indonesia yang telah merdeka.Tujuan berjuang yaitu agar
segala bentuk Imperialisme dan Kolonialisme tidak bercokol kembali di bumi
pertiwi.
Akhir perjuangan yaitu, setelah
sekian lama melakukan perjuangan membela dan mempertahankan daerah Kolaka
dengan berbagai cara serta dengan mengorbankan jiwa dan raganya akhirnya Beliau
dapat tertangkap oleh pasukan Belanda hal ini terjadi karena kekuatan dan
kemampuan anggota pasukannya kian hari kian berkurang sementara itu pasukan
Belanda selalu mendapat bantuan baik jumlah anggota pasukannya maupun
persenjataannya. Beliau tertangkap di markas persembunyiannya di pegunungan Sabilambo
lama dan kemudian beliau dibawa ke Makassar bersama Latuma nanti pada tahun
1950 setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia dari Belanda barulah
mereka dibebaskan.
4. Silonde Bersaudara
Sebab
berjuang yaitu karena mereka tidak suka serta menolak keinginan belanda
untuk kembali berkuasa di bumu pertiwi.Tujuan yaitu untuk melawan keinginan
Belanda yang ingin berkuasa kembali di Sulawesi Tenggara, khususya di Andoolo,
serta untuk menyatakan wilayah Andoolo dan sekitarnya sebagai bagian dari Republik
Indonesia.
Akhir perjuangan yaitu setelah
diserang oleh tentara Nica yang membakar rumah-rumah pimpinan PKR, serta
menyebabkan gugurnya seorang anggota PKR, Sersan Saiman sedangakan Silondae
bersaudara (kecuali Muhammad Ali Silondae) dan kawan-kawan berhasil tertawan.
Mereka disiksa dengan kejam dan keji di luar batas prikemanusiaan. Namun pada
tanggal 28 Februari 1946, Muhammad Ali Silondae terkepung di Ladongi Raterate
yang akhirnya juga ditahan dan dipenjara di Kendari. Anggota PKr seperti
Abdullah Silondae, Jakub Silondae, dan Hanabi setelah ditahan di Kendari mereka
kemudian di singkirkan ke Makassar di sinilah mereka meneruskan perjuangannya
melawan Belanda, ada yang bergabung dengan pejuang-pejuang di Pulobangkeng dan
ada pula yang meneruskan perjalanan ke pulau Jawa. Sementara
Muhammad Ali Silondae setelah keluar dari tahanan pada bulan Juli 1946 bersama
anggotanya langsung bergabung dengan regu Konggoasa.
5. LA OLA
Sebab
berjuang yaitu karena beliau tidak suka dengan sikap pemerintah Belanda
yang selalu menuntut pembayaran pajak dari rakyat pribumi.Tujuan yaitu untuk
membela dan membebaskan bangsa dan negaranya dari segala bentuk penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa asing.
Akhir perjuanganya itu setelah
berjuang membela negaranya selama tiga zaman, sejak zaman penjajahan Belanda
hingga pengakuan kedaulatan atas Republik Indonesia pada tahun 1949 dan
mengalami beberapa kemenangan akhirnya beliau memutuskan untuk mengundurkan
diri dari keanggotaan TNI AL dan mulai menjalani masa purna baktinya mulai
tanggal 27 Desember 1949 dan selanjutnya menekuni aktivitas pelayaran niaga.
Pada tanggal 8 September 1964 beliau mendapat pengakuan sebagai veteran pejuang
kemerdekaan RI masa bakti 4 tahun 4 bulan yaitu veteran golongan A hal ini berdasarkan
Sk Menteri Urusan Veteran dan Mobilisasi RI No.90
KPTS/V/1964.
6. LA HASUBA
Sebab berjuang yaitu karena beliau tidak tahan
melihat penderitaan rakyat pribumi yang disebabkan oleh pemerintahan
orang asing yang selalu sewenang-wenang dan kejam kpada mereka. Selain itu
penyebab lainnya adalah sikap penguasa Buton yang selalu ingin bekerja sama
dengan pihak Belanda.Tujuan yaitu untuk mempertahankan dan membela kemerdekaan
bangsa dan negara serta hak-hak masyarakat pribumi.
Akhir perjuanganyaitu beliau
berhasil membela kaumnya di kepulauan Wakatobi meskipun sebelumnya dalam upaya
membantu rekan-rekannya sesama pejuang dalam memasok senjata untuk mereka gagal
dilakukannya yang mengakibatkan beliau harus ditangkap dan diasingkan sebanyak
dua kali. Beliau wafat pada tahun 1970 dalam usia 51 tahun karena sakit yang
dideritanya.
7. LA ODE IPA
Sebab berjuang yaitu karena
beliau sangat prihatin melihat kenyataan yang dialami rakyat Muna selama masa
penjajahan Belanda dan masa pedudukan Jepang yang sangat menyengsarakan rakyat.
Ditambah lagi keinginan bangsa Belanda yang ingin kembali menjajah indonesia
dengan cara bekerja sama dengan pihak Australia.Tujuan yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan RI di daerah Muna
Akhir perjuangan yaitu karena
sikapnya yang secara terang-terangan menolak kedatangan tentara Nica Belanda
serta menolak untuk diajak kompromi maka beliau akhirnya tewrpaksa dibawa oleh
Belanda ke kapal perang Karl Dorman, di dalam kapal
tersebut beliau di paksa menyerahkan kekuasaannya sebagai kepala pemerintahan
Negeri Muna kepada pemerintah Nica.
8. MAHASENG
S. HASAN
Sebab berjuang yaitu karena beliau menentang segala bentuk
Imperialisme dan Kolonialisme Belanda juga Jepang.Tujuan yaitu untuk membela
bangsa dan negara serta kemerdekaanya dari angan bangsa asing.
Akhir perjuanganyaitu karena
kegigihannya dalam mempertahankan kemerdekaan beliau terpaksa harus rela
menyaksikan rumah beserta isinya dibakar habis oleh Belanda, dia sendiri harus
merelakan dirinya ditangkap olekh Belanda pada tanggal 3 Maret 1946 dalam tahanan
beliau dipukul dan disiksa dengan keras yang menyebabkan cacat dan kesehatannya
amat terganggu yang kemudian membawa ajalnya.
Namun dalam pross perjuangan beliau
berhasil menempel lambang Merah Putih pada peralatan perang Jepang di pelabuhan
Kedari, Raha dan bau-Bau secara sembunyi-sembunyi, bukan hanya itu beliau juga
berhasil memanjat tiang bendera Belanda dan segera merobek warna birunya dan
tinggallah warna Merah Putih berkibar. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 2
September 1945.
9. HENDRIK
BATULUPA
Sebab berjuang yaitu karena beliau ingin
kemerdekaan yang telah diproklamasikan oileh pemerintah tidak sia-sia selain
itu beliau juga menentang rencana Belanda yang ingin kembali menjajah tanah air
Ri. Tujuan berjuang yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah
ada
Akhir perjuangan yaitu dalam upaya
mempertahankan kemerdekaan kemerdekaan beliau juga pernah tertangkap dan dibawa
ke kantor polisi Militer Kolaka kemudian di jebloskan ke penjara yang ada di
Kolaka. Seama di penjara ia mendapat siksaan yang di luar batas prikemanusiaan
oleh Bataliyon 151 KNIL Belanda kemudian pada tanggal 31 Desember 1946 ia
dibebaskan.
Setelah dibebaskan ia kembali
melakukan perjuangan dengan cara menagkap orang-orang yang dicurigai sebagai
mata-mata KNIL Belanda. Arena itu pada tanggal 8 Januari-31 Desember beliau dan
kawan-kawan dipindahkan di Kendari atas perintah Letnan aben sebagai Komandan
Bataliyon 151. Disinilah beliau berhasil menjadi penghubung Kesatuan
Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Di bawah pimpiunan Joseph, Konggoasa, dan
Balebauw hingga taggal 31 Desember 1949.
v Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
6. AMIK Milan Dharma, Baubau
7. Akademi Kebidanan Kabupaten
Buton (AKBID Buton), Baubau
8. Akademi Kebidanan Buton Raya
(AKBID Buton Raya), Baubau
9. Akademi Kebidanan YAPENAS
(AKBID YAPENAS), Baubau
10. Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI), Baubau
v Makanan Khas Daerah
1.
Kasoami
Kasoami merupakan makanan pokok tradisional yang paling
populer di Sulawesi Tenggara. Kasoami dibuat dari tepung ubikayu melalui proses
pengukusan.
Proses Pembuatan
- Kupas
kulit ubi kayu lalu cuci hingga bersih kemudian diparut atau digiling
dengan mesin parutan layaknya kita memarut kelapa.
- Bungkus
hasil gilingan dengan menggunakan kain atau karung yang bersih agar produk
parutan tetap higinis.
- Lakukan
penindisan untuk mengurangi serta meniadakan kadar air ubi kayu. Biarkan
selama 1-3 jam hingga air benar-benar kering.
- Hancurkan
produk menggunakan tangan dengan cara mengelus-ngelusnya. Saringlah ubi
kayu menggunakan saringan dari anyaman bambu dengan ukuran kira-kira 0.3
cm, hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pemasakan kasoami.
- Masukkan
kedalam kulit kukusan berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman daun
kelapa. Lalu masukkan kedalam periuk kukusan untuk dikukus.
- Tunggu
hingga partikel-partikel pr-oduk terebut menyatu dan terasa kental
jika ditusuk yang menandakan kalau kasoami telah matang dan siap di
hidangkan.
2.
Kabuto
Kabuto merupakan makanan khas masyarakat Kepulauan Muna Sulawesi
Tenggara. Makanan ini berbahan dasar ketela pohon/singkong/ubi kayu yang telah
dikeringkan yang mirip gaplek di Jawa.
Cara membuat:
- Kulit
singkong dikupas, dicuci lalu dijemur selama selama tiga hari, sampai
terlihat setemhak kering.
- Singkokong
disimpan dalam wadah tertutup selama sehari semalam sampai berubah warna
menjadi kehitam-hitaman (fermentasi).
- Singkong
dijemur kembali sampai kering. kulitnya dikikis menggunakan pisau,
kemudian dipotong-potong. Rendam dalam air selama 6-8 jam.
- Cuci
singkong hingga bersih, kukus Selama setengah jam sampai matang. Kabuto
siap disajikan.
3.
Lapa-Lapa
Bahan dan Bumbu
- Beras1 kg
- Kelapa 2 butir, parut halus dan peras untuk
diambil santannya
- Garam halus ½ sendok makan
- Daun pisang secukupnya
- Tali (dari pelepah pohon pisang) secukupnya
Langkah Membuat Makanan Lapa-Lapa
Khas Buton Sulawesi Tenggara Enak
- Beras dicuci sampai bersih kemudian dimasak
bersama tambahan santan kelapa dan campuran secukupnya garam. Aduk merata
dan masak sampai menjadi nasi aron.
- Angkat beras yang sudah menjadi nasi aron
kemudian tuangkan secukupnya pada daun pisang dan bungkus dengan bentuk
memanjang. Padatkan isiannya dan gulung rapih.
- Supaya bungkusannya tidak terbuka, silahkan anda
ikat bungkusan daun pisangnya dengan tali dari pelepah pohon pisang yang
sudah disiapkan sebelumnya.
- Setelah itu masukkan bungkusan daun pisang berisi
nasi aron ke dalam perebusan dan rebus matang. proses ini dapat memakan
waktu hingga 90 menit lamanya.
- Setelah dirasa matang dan isi dalam bungkusan
daun pisang menjadi lapa-lapa, angkat dan tiriskan.
4.
Sinonggi
Bahan
·
Sagu Secukupnya
- Air
Secukupnya
- Sayur
atau Kuah Ikan
- Daun
Cemangi
- Jeruk
Nipis/Purut dan lombok biji
Cara Membuat:
·
Ambil Sagu
secukupnya simpan di baskom yang kecil atau sedang, cuci hingga bersih terlebih
dahulu tentunya, setelah bersih siapkan lah air panas, ingat yang mendidih,
·
karena jika kurang mendidih biasanya sagu menjadi setengah
matang ciri-ciri nya berwarna putih dan bergumpal. Tuangkan air mendidih ke
baskom yang berisi sagu sedikit demi sedikit,
·
Sambil di aduk-aduk tuangkan terus sampai warna sagu berubah
menjadi agak bening seperti gambar dibawah ini.
·
Nah Sinonggi sudah jadi.
5.
Sate
Gogos
Bahan
·
500 gram
kerang hijau
Bumbu Kacang Sate Gogos Pokea :
·
300 ml kaldu
kerang
·
200 gr
kacang tanah goreng
·
5 sendok
makan Sambal terasi
·
3 sendok
makan kecap piring lombok
·
2 sendok
makan gula merah
·
1 buah jeruk
limo
Cara Membuat
Sate Gogos Pokea :
1. Rebus air hingga mendidih, masukan
kerang lalu masak hingga kerang akan membuka secara otomatis, agar kerang
matang secara merata segera keluarkan kerang dari cangkangnya. Biarkan sebentar
dalam rebusan air.
2. Angkat kerang lalu tusuk dalam
tusukan sate, satu tusuk kurang lebih 5-6 buah kerang kemudian letakan dalam
piring saji.
3. Bumbu kacang : Campurkan kacang
tanah dan juga sambal terasi, masak diatas api dengan ditambahkan air kaldu
sisa perebusan kerang, masukan kecap piring lombok, gula merah, dan masak
hingga bumbu mengental. Angkat jika dirasa sudah matang.
4. Penyajian : Siramkan bumbu kacang di
atas sate gogos pokea dan sajikan.
v Objek Wisata
1. Pulau Muna
Pesona palau Muna dapat membuat Anda termanjakan, ketika
datang ke tempat ini. Pulau Muna beriklim tropis menjadikanya kaya akan
tumbuh-tumbuhan hijau yang tumbuh subur. Selain itu pulau Muna memiliki
panorama bawah laut yang tak kalah indahnya. Daratan pulau Muna umunya dataran
rendah yang memiliki ketinggian rata-rata 100 meter dpl. Karena kesuburannya,
pulau ini terkenal akan kayu jati dan jambu mete. Kayu jati yang dihasilkan
dari pulau ini, menjadi salah satu maskot yang sangat terkenal. Pulau Muna
berlokasi di bagian tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas area dari pulau
ini kurang lebih sekitar 2.889 km persegi dan terletak di selatan garis
khatulistiwa
2. Pulau Labengki
Di tempat terdapat beberapa titik spot menyelam dan snokerling. Tidak
di pungkiri lagi, Pulau Labengki memiliki pemandangan karang yang cantik serta
memiliki air yang jernih. Sebab itulah tempat ini, menjadi salah satu destinasi
wisata yang di buru oleh para wisatawan.
Selain itu pantai di Pulau Labengki ini rata-rata berpasir
putih. Pulau Labengki terletak di Desa Lebengki tepatnya di Kecamatan Lasolo,
Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Jika Anda ingin berlibur ke Pulau
Lebengki ini, Anda harus membawa makanan dan minuman. Karena di pulau ini tidak
menyediakan fasilitas warung makan bahkan penginapan. Jika ingin menginap
disarankan agar membawa tenda sendiri.
3. Pantai Nambo
Pantai
Nambo berada di Kota Kendari tepatnya di Kecamatan Abeli. Pantai ini berjarak
kurang lebih 16 km daru pusat Kota Kendari. Jika Anda ingin berkunjung ke
tempat ini, Anda diharuskan untuk ekstra hati-hati karena keadaan jalan cukup
berliku serta jurang dan tebing di sisi kanan maupun kiri jalan. Sejauh mata
memandang Aanda akan disuguhi dengan keindahan alam yang indah dan udara sejuk
menuju Pantai Nambo.
Fasilitas
yang ada di pantai Nambo ini, terbilang cukup memadai karena terdapat 31
gazebo, kamar bilas, vila, area parkir, serta warung-warung yang menjajahkan
makanan dan dan minuman. Tempat wisata ini sangatlah cocok untuk menghabiskan
hari libur Anda bersama kelurga atapun orang terkasih.
4. Pantai Liwutongkidi
Di
sepanjang Pantai Liwutongkidi di pnuhi hamparan pasir putih yang bersih. Bukan
hanya itu saya, kekayaan alam bawah laut dari Pantai Liwutongkidi menjadi daya
Tarik wisatawan. Berbagai jenis terubu arang yang unik dapat Anda temui di
tempat ini. Pantai ini berada di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Jika Anda
ingin berkunjung ke tempat ini, Anda dapat menempuh menggunakan alat
trasnsportasi pesawat dengan durasi tempuh selama 1 jam dari kota Kendari
ataupun kapal laut dengan durasi tempuh kurang lebih 4 jam perjalanan.
Suasana
pantai yang berada di sulawesi ini akan membuat anda merasakan kebahagian
tersendiri. Dengan pemandangan alam laut dan juga pepohonan yang tinggi
sehingga memberikan rasa sejuk dan asri jika anda mengunjungi pantai ini.
5. Air Terjun Samparona
Air
terjun ini memiliki ketinggian mencapai sekitar 45 meter. Keberadaan air terjun
Samparona di apit oleh dua tebing dan dikelilingi hutan yang tergolong alami
dan sejuk. Air terjun Samparona ini berlokasi di Desa Kalisabu yang terletak di
Kecamatan Sorawolio, Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Pejalanan menuju lokasi
air terjun sangat memberikan tantangan, serta memacu adrenalin. Namun jangan
khawatir rasa lelah yang menghampiri Anda selama perjalanan akan terasa
menyenangkan karena terdapat jejeran pohon pinus dan kicauan burung-burung yang
memberikan efek alami selama perjalanan.
6. Air Terjun Tumburano
Keindahan
Air Terjun Tumburano begitu mempesona sejauh mata memandang. Air terjun ini
memiliki tiga tingkat yang masih asri. Anda patut untuk mengunjungi air terjun
ini, karena keindahan air terjun ini, dapat memanjakan mata Anda. Namun
keindahan air terjun ini, belum sepadan dengan fasilitas di tempat ini. Air
Terjun Tumburano, terletak di Kabupaten Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara.
Airt
terjun ini berlokasi di dalam hutan, namun rupanya tempat ini menjadi tempat
paling indah. Sebab, terdapat tebing yang sangat besar menyerupai atap rumah
adat kuno berwarna cokelat. Hal ini memberikan keunikan tersendiri yang dapat
disarakan dan dinikmati oleh pengunjung. Anda dapat merasakan langsung
kesejukan air terjun ini. Rasa segara, menyenangkan, dan tenang akan Anda
rasakan ketika Anda melipir ke bawah tebing berbatuan.
7. Air Terjun Moremo
Banyak
orang yang mengatakan bahwa air terjun Moremo ini adaah air terjun terindah di
Indonesia. Air terjun Moremo berada di kawasan hutan Suaka Alam Tanjung Peropa.
Jarak untuk menuju ke tempat ini kurang lebih sekitar 40 km dari pusat
Kota Kendari. Kondisi air di tempat ini sangat jernih dan alami. Berbeda dengan
air terjun lainnya, di sini batu marmer yang di aliri oleh air tidak licin.
Hal
ini di karenakan wilayah air terjun Moremo berada di daerah bebatuan kapur,
sehingga lumut suit tumbuh. Objek wisata indah dan eksotis ini berada di Desa
Sumber Sari tepat berada di Kecamatan Moremo Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi
Tenggara. Bersinggahlah di tempat wisata yang satu ini agar anda bisa menikmati
wisata alam yang sangat wajib untuk kalian nikmati
8. Danau Biru
Danau
Biru terletak di Parambahan, tepatnya di Kecamatan Talawi. Danau ini bah surge
di Sulawesi Tenggara. Danau ini terbentuk dari beks galihan tambang batu bara
yang lama kelamaan terisi air dan menjadi danau kecil. Dikawasan ini Anda akan
disajikan pemandangan yang indah, dengan paduan pepohonan hijau. Tempat ini
menjadi destinasi yang patut Anda kunjungi. Jika Anda berniat menuju Danau Biru
ini, Anda disusahakan untuk menggunakan kendaraan khusus. Karena medan untuk
menuju tempat ini cukup menantang. Batuan cukup tajam, mejadi suatu tantangan
tersendiri jika Anda ingin menuju tempat ini.
Dengan
suasana danau biru yang menajubkan ini sehingga membuat anda betah berlama –
lama menikmati suasana danau ini. Anda bisa menikmati suasana yang benar –
benar bernuansa alam sekaligus bisa terjun langsung menikmati suasana danau
nya.
9. Taman Laut Wakatobi
Taman
Laut Wakatobi terletak di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Wisata laut
ini menjadi destinasi wisata popular yang sudah dikenal cukup lama. Taman Laut
Wakatobi terkenal akan terumbu karang dan biota laut yang beragam. Secara
spesifik kawasan Taman laut ini dikelilingi pantai dari puau-pulai karang
kurang lebih 600 km. Banyak potensi yang dapat dikelola dari wisata Tamam Laut
Wakatobi ini. Daerah ini sangat cocok untuk Anda yang suka aktifitas diving,
snokerling, berenang maupun memancing.
Keindahan
alam laut yang berada di tempat wisata di sulawesi tengara ini yang membuat
anda tidak akan bisa melupakan bagaimana indahnya wisata alam bawah laut yang
masih terjaga
10. Benteng Keraton Buton
Benteng
Buton berbentuk lingkaran dengan keliling sekitar 2.740 meter. Benteng Buton
ini adalah salah satu peninggalan sejarah. Sebelumnya Benteng ini di fungsikan
sebagai Ibu Kota Kesultanan Buton yang memiliki arsitek unik, dengan bahan batu
kapur yang berasal dari gunung. Benteng Keraton Buton ini memiliki 12 pintu
gerbang dan 16 emplasemen meriam.
Benteng
ini terletak di puncak bukit. Ketika Anda di Benteng Keraton Buton, Anda dapat
melihat keindahan kota Buton atau kota Bau-Baudari ketinggian. Sampai saat ini
Benteng Keraton Buton masih berdiri kokoh.
v
Peninggalan Bersejarah
Merupakan salah satu benteng atau
pintu gerbang pertahanan yang terletak pada sudut utara benteng keraton.
posisinya bersebelahan dengan Baluarana Tanailandu. pada bagian dalam benteng
terdapat sebuah meriam besar yang digunakan sebagai alat persenjataan
(penyimpanan bom).
Baluarana waberongalu ini berfungsi
untuk menjaga dan memantau musuh dari arah utara. musuh-musuh tersebut biasanya
datang dari negeri luar seperti Belanda atau jepang,mereka datang untuk maksud
dan tujuan yang negatif bagi tanah Buton. Proses pemberian nama
dari masing-masing Baluarana tersebut di dasari pada ruang-ruang penjaganya.
Menurut sejarah Buton
dahulu, yang dimulai dari kerajaan tepatnya pada tahun 1542 M dan pada tahun
1712 M Buton beralih menjadi sebuah kesultanan. dari itu pada massa
pemerintahan Sultan Syakiyuddin Darul Alam atau biasa di kenal dengan Laelangi.
Di masa pemerintahan beliau banyak yang dibangun Benteng keraton Buton dan
salah satunya adalah Baruga. Baruga pada masa pemerintahan Laelangi berfungsi
sebagai tempat berkumpulnya para sultan untuk melakukan upacara ataupun
membahas masalah-masalah ekonomi, politik dan lain-lain yang di hadapi oleh
masyarakat Buton. Di samping itu baruga juga digunakan untuk pelantikan
sultan-sultan.
Memerintah pada tahun 1709 s/d 1711
M. Sultan Nasruddin adalah gelar sultan La Ibi. diriwayatkan,sebenarnya beliau
merasa berat untuk menerimah jabatan Sultan. La Ibi terpaksa menerima itu
karena demi kehormatan kaumnya yaitu aliran bangsawan Tanailandu. La Ibi
menerima jabatan tersebut pada salah seorang diantaranya yang merasa mampu
untuk menjalankan jabatan sultan.
Mujina adalah seorang perempuan dengan ciri-ciri fisik putih berikat
sanggul di kepala dan silsilahnya berhubungan dengan sultan ke-29. Beliau juga
suka memakai jubah berwarna biru dengan kain selempang, memakai pedang dan
berkuda.Turunannya dari sultan 17-29, warna kesukaanya warna kuning emas campur
merah dan itulah yang merupakan simbol dari tempat duduknya berbentuk tiga
lekungan. Hanya saja di saat Istana/Keraton mengalami perpindahan dari keraton
lama ke keraton baru yaitu dimasa kekuasaan Sultan Murhum, semua hilang begitu
saja bersama dengan keraton lama yang artinya " Gaib " dan itu
merupakan kekuasaan dari ALLAH SWT.
Makam Mujina kalau ini bertempat di kelurahan Melai dan
berada di dalam area perumahan masyarakat Melai. dimana didalam area tersebut
terdapat banyak makam dan salah satunya adalah makam Mujina Kalau, yang
dibatasi dengan pagar beton dengan lambang berciri khas Rumah Baruga tepat
diatas pintu masuk area pemakaman beliau.
Sultan Murhum diangkat menjadi sultan
Buton pada abad ke-6 dengan perubahan struktur pemerintahan dalam masa Raja
Mulae maka wilayah kerajaan Buton lebih luas lagi. Beliau dalam silsilah, Biasa
disebut Lakila ada pula yang menyebut Lakilaponto. Lakilaponto di abaikan
namanya menjadi Murhum.
Sultan Murhum menerima Syekh Abdul
Wahid bersama istrinya di keraton untuk jangan bertemu orang banyak, dimana
Syekh Abdul Wahid menganjurkan pada Sultan dan pejabat kerajaan serta seluruh
masyarakat agar masuk agama Islam serta mengaku bahwa Muhammad SAW adalah
pesuruh ALLAH. akhirnya Sultan dan isterinya disusul oleh para pejabat kerajaan
serta masuk agama Islam.
Beliau menjabat sebagai Sultan sejak
tahun 1538 M, selama 46 tahun sampai beliau wafat pada tahun 1584. Jirat makam
di perbaiki pada tahun 1989, dibuatkan sarana jalan yang menuju situs.
Mesjid Agung Keraton Buton bisa juga di sebut sebagai lambang kerajaan
Buton, karena kokoh bangunanya
Letak Geografis
Mesjid Agung Keraton Buton terletak
dalam benteng keraton Buton, datas bukit yang bernama bukit sin. karena
bentuknya seperti sin.
Ujung I : letak kuburan seerti baaluwu di sebut waolima/walimea yang
artinya "tebaslah" , tindakan pertama penebasan untuk perkampungan.
Ujung II : Torisi adalah tempat mengadakan pertemuan.
Ujung III : Gama/Gema yang bertujuan bergema sepanjang masa.
Bentuk atau Arsitektur bangunan
Bentuk
Panjang saf 13, dan
40 orang persafnya.
Didirikan sejak
tahun 948 H (1538) oleh Syekh Abdul Wahid.
Arsitektur Bangunan
Mesjid Agung Keraton didirikan pada
masa kesultanan Buton adalah "Mesjid Agung Keraton" yang di dirikan
pada tahun 948 H (1538 M) yang menjadi pelopor pembangunannya adalah Syekh
Abdul Wahid, di bantu para pejabat tinggi kerajaan seperti sultan Murhum,
Sangia, La Ulo. wakti otu Sapati menjawarai, sudah meninggalkan Buton.
Luas Mesjid
·
luas Mesjid 18x24 m persegi, panjang berbentu Mihrab
·
luas serambi muka 5x40 m persegi
·
luas serambi kanan 8x40 m persegi
·
luas serambi bagian barat 20x40 m persegi
·
luas serambi bagian serambi kiri selatan 14x40 m persegi
Sulawesi Tenggara memiliki
sumberdaya alam yang sangat melimpah, salah satu potensi yang cukup besar dan
menjadi primadona yaitu pertambangan sepertiTambang
aspal di Kabupaten Buton, Tambang emas di Kabupaten Bombana, Tambang
nikel di kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe Utara, Konsel,
Bombana dan Konawe, potensi tambang marmer, batu granit dan krom tersebar
di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara dan untuk potensi tambang
minyak di Kabupaten Buton Utara dan Buton.
v
Rumah Adat
Rumah
Adat Sulawesi Tenggara
Rumah
Adat Banua Tada Rumah adat Banua Tana berbentuk rumah panggung dengan material
utamanya adalah kayu tanpa menggunakan paku. Banua Tada terdiri dari 2 kata,
yaitu Banua yang berarti rumah dan Tada yang berarti siku. Secara harfiah,
Banua Tada berarti rumah siku.
Berdasarkan
peruntukannya, rumah adat Banua Tada terbagi dalam 3 jenis, yaitu Kamali atau
malige, yang merupakan rumah atau istana tempat tinggal raja berserta
keluarganya; Banua tada tare pata pale, merupakan rumah siku bertiang empat
tenpat tinggal pejabat dan pegawai istana; dan Banua tada tare talu pale,
merupakan rumah siku bertiang tiga tempat tinggal orang biasa.
Sebagai
peninggalan kesultanan Buton, rumah adat Kamali atau Malige inilah yang lebih
dikenal sebagai Rumah Adat Sulawesi Tenggara. Di Malige sendiri terdapat
simbol-simbol dan hiasan yang banyak dipengaruhi oleh konsep dan ajaran
tasawuf. Simbol dan hiasan tersebut melambangkan nilai-nilai budaya, kearifan
lokal dan cerita dari peradaban kesultanan Buton di masa silam.
v Senjata Tradisional
·
Keris Pusaka Emas Aru Palaka
Keris pusaka emas aru
palaka senjata pusaka dari raja – raja di kerajaan Buton. Rante Mas dan Keris
Pusaka Emas Aru Palaka (La Tenritatta Arung Pakka Petta Malampe’E Gemme’na
Daeng Serang Datu Marioriwawo). Kembaran Keris Pusaka ini diberikan juga oleh
Aru Palaka kepada Sultan Buton ke 9 Sultan Qaimuddin Malik Sirullah Khalifatul
Khamis, yang menerima suaka suaka politik Aru Palaka di Buton bersama Istrinya
Imangkawani Daeng Talele bersama teman-temannya Arung Bila, Arung Apanang,
Arung Belo, Arung Pattojo dan Arung Kaju pada bulan Oktober 1660.
·
Keris Meantu’u Tiworo Liya
Merupakan
senjata digunakan untuk berperang jarak dekat, yang dimiliki salah satu
pembesar dimasa pemerintahan Raja Liya atau Lakina Liya berkuasa yang bertugas
mengamankan dan mengatur semua hasil tanaman rakyat atau tanaman sara yang
berada diwilayah pesisir pantai.
·
Tombak
Meantu’u Tiworo Liya
Merupakan senjata digunakan untuk
berperang jarak jauh, yang dimiliki salah satu pembesar dimasa pemerintahan
Raja Liya atau Lakina Liya berkuasa yang bertugas mengamankan dan mengatur
semua hasil tanaman rakyat atau tanaman sara yang berada diwilayah pesisir
pantai.
(Gambar Tobak dan Keris Meantu’u Tiworo Liya)
·
Parang Taawu (Pade Taawu)
Parang Taawu sendiri dahulu merupakan pusaka bertuah
masyarakat suku Mekongga yang mendiami wilayah kabupaten Kolaka. Pade Taawu
atau Parang Taawu pada zaman dahulu dipergunakan oleh raja-raja atau Tamalaki
(Panglima Perang) pada waktu peperangan. Akan tetapi pada masa kini, parang
taawu biasa gunakan sebagai alat bantu untuk mata pencaharian petani, seperti
merentes kebun yang sudah banyak ditumbuhi rumput alang-alang atau juga
memotong kayu-kayu.
v Lagu-Lagu Daerah
·
Lagu Daerah Sulawesi Tenggara - Peia
Tawa-Tawa
Peia tawa tawa [Bag.1]
Peia tawa tawa
Noamba Tepumbu..
Peia tawa tawa
Peia tawa tawa
Noamba tepumbu..
Tepumbu luale..
Tepumbu anandonia..
Ronga tono motuo..
Rombe kai kai [Bag.2]
Rombe kai kai
Noamba Tepali
Rombe kai kai
Rombe kai kai
Noamba tepali..
Molulo molulo..
Molulo luwuakono
Molulo sambe menggaa
Molulo Molulo
Moulo luwuakono
Molulo sambe menggaa
·
Lagu Daerah Sulawesi Tenggara - Tana
Wolio
Tana
wolio liwuto bau
Bura
satongka auwalina
Iweitumo
tana minaaku
Lembokanaa
moraaku
Tula-tula
morikana
Kumalinguakamea
Tabeana
mancuana
Bemo
sau-saua
Tula-tula morikana
Kumalinguakamea
Tabeana mancuana
Bemo sau-saua
Tana
wolio lape-lapea
Ingkita
dadi mangura
·
Lagu Daerah
Sulawesi Tenggara - Wulele Sanggula
O……. Wulele Sanggula
O……. Wulele sangggula
Tumbuno walande
Porehuka mokole
Ooooo …… wulele wekoila
Anowai inuangino sangia
Sangia lohuene
Mokok lipu wuta
Ikita nggita I unuaha
Pesorongano tarimaja wulao
Ikita nngita lunaha
Petiriano luale wajaula
·
Lagu Daerah
Sulawesi Tenggara - Symponi Bahteramas
Diantara bentangan laut
biru
Terdapat desiran yang indah
Bumi sulawesi tenggara dengan segala kekayaannya,,,,,
Kini saatnya kita bersatu dalam barisan
Mari semua bargandeng
Tangan kita bangun kesejahtraan
Masyarakatlah yang utama
Menuju msa depan cemerlang
kini saatnya kita kembangkan semua
Potensi yang ada
Tanah wolio terkenal aspalnya
Wuteno muna cantik alamnya
Tanah metongga berlimpah nikelnya
Wonua konawe jadi lumbung beras
Pulau hugo indah di wakatobi
Bombana kaya dengan hasil laut
Pesona budaya bumi kendari
Kini saatnya kita berkarya untk daerah kita
v Suku-Suku
·
Suku Tolaki

Dalam
tradisi orang Tolaki memberi petunjuk bahwa penghuni pertama daratan Sulawesi
Tenggara adalah Toono Peiku (ndoka) yang hidup dalam gua-gua dan makanannya
adalah Sekam. Orang Tolaki pada umumnya menamakan dirinya Tolahianga yang
artinya orang dari langit, yaitu dari Cina. Kalau demikian istilah Hiu dalam
bahasa Cina artinya langit dihubungkan dengan kata Heo (Oheo) bahasa Tolaki
yang berarti terdampar.
·
Suku Mekongga
Suku
Mekongga, adalah salah suatu komunitas masyarakat adat yang berdiam di
kabupaten Kolaka dan sebagian kecil juga terdapat di kabupaten Kolaka Utara
Sulawesi Tenggara. Suku Mekongga merupakan salah satu sub-etnik dari suku
Tolaki. Menurut orang Tolaki, bahwa orang Mekongga adalah orang Tolaki juga.
Istilah Mekongga, konon berasal dari kata "to mekongga", yang berarti
"to" berarti "orang" dan "mekongga" berarti
"pembunuh burung elang raksasa", jadi kata "to mekongga"
berarti "orang yang membunuh burung elang raksasa". Sedangkan burung
elang raksasa dalam bahasa Mekongga adalah "Konggaha’a".
Kabupaten
Kolaka tempat kediaman suku Mekongga ini disebut juga sebagai "Bumi
Mekongga". Di daerah pemukiman orang Mekongga terdapat sebuah gunung yang
bernama gunung Mekongga. Menurut orang Mekongga sendiri gunung Mekongga
merupakan gunung keramat. Menurut cerita rakyat, di gunung ini terdapat Tebing
Putih yang bernama Musero-sero yang merupakan pusat kerajaan jin untuk wilayah
Kolaka Utara.
·
Suku Buton
Orang Buton atau Butung mendiami pulau Buton atau Pulau Butung yang terletak di sebelah selatan jazirah Sulawesi bagian Tenggara. Secara administratif berada dalam wilayah Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Orang Buton dikenal sebagai salah satu suku bangsa perantau. Banyak di antara mereka yang tersebar sampai ke Sabah (Malayisa), Pulau Seram, dan Maluku Utara. Mereka memang terkenal sebagai pelaut dan pedagang yang ulet. Populasinya sekarang sekitar 400.000 jiwa. Bahasa Buton digolongkan ahli etnolinguistik klasik, Esser, ke dalam kelompok Muna-Butung. Bahasa Buton terbagi ke dalam beberapa dialek, seperti dialek Butung, Wolio, Wapacana, Cia-Cia, dan Wakatobi. Kemudian semua dialek itu terbagi-bagi lagi ke dalam lebih kurang 22 buah sub-dialek.
Suku Wolio
adalah suatu suku yang tersebar di kepulauan Buton, Muna dan Kabaena di
provinsi Sulawesi Tenggara. Juga terdapat di pulau-pulau kecil di provinsi
Selatan. Populasi suku Wolio diperkirakan lebih dari 30.000 orang. Suku Wolio
berbicara dengan bahasa Wolio. Bahasa Wolio merupakan sub-bahasa Buton-Muna,
yang termasuk cabang bahasa Austronesia. Menurut para peneliti bahwa suku Wolio
ini merupakan bagian dari sub-suku Buton. Dikatakan bahwa dahulunya orang Wolio
juga merupakan keturunan dari Kerajaan Buton yang sejak abad 15 menguasai
wilayah Buton. Hingga saat ini bahasa Wolio masih dipakai oleh masyarakat
khususnya yang ada di Kota Bau-Bau, namum bahasa Wolio ini tetap dikenal oleh
masyarakat dari berbagai penjuru daerah bekas pemerintahan kerajaan atau
kesultanan Buton.
Suku bangsa
Muna yang sering juga disebut Tomuna menetap di Pulau Muna. Daerah mereka dalam
wilayah kabupaten Muna dan Muna Barat, yang terletak di sebelah selatan jazirah
Sulawesi Tenggara. Pada zaman dulu Pulau Muna termasuk dalam wilayah Kesultanan
Butung (Buton). Ahli etnolinguistik klasik, Esser menggolongkan bahasa
Muna ke dalam kelompok bahasa Muna-Buton. Bahasa ini terbagi lagi menjadi
beberapa dialek, seperti Dialek Tiworo, Mawasangka, Gu, Kotobengke, Silompu dan
Kadatua. Jumlah populasinya sekitar 300.000 jiwa
Orang Muna kebanyakan bekerja sebagai nelayan
dan petani di ladang-ladang dengan tanaman utamanya jagung. Selain itu mereka
juga menanam ubi, tebu, kelapa dan sayur-sayuran. Makanan khas orang Muna yang
terkenal yaitu Kabuto yang terbuat dari bahan ubi. Tanaman komoditi ekspor
mereka adalah kopi, tembakau, cengkeh dan kapuk.
·
Suku Moronene
Suku
Moronene adalah suatu suku bangsa yang mendiami wilayah pada bagian ujung
selatan jazirah Sulawesi Tenggara. Sebelum kata Moronene, digunakan Wonua Bombana/Wita
Moronene, yaitu kerajaan Moronene seperti yang dituturkan dalam kada (suatu
legenda dalam sastra moronene).
Didalam kada dituturkan bahwa kerajaan
Moronene diperintah oleh seorang Raja yang bernama Tongki Pu’u Wonua. Tidak
diketahui dari mana asalnya dan siapa orangnya, hanya dituturkan bahwa beliau
adalah seorang keturunan Raja dari sebuah kerajaan. Nama Moronene telah lazim
digunakan untuk nama bahasa dan nama suku bangsa yang dahulunya terhimpun dalam
satu wadah Kerajaan yaitu Kerajaan Moronene. Secara etimologis istilah Moronene
berasal dari dua kata yaitu moro yang artinya sejenis, serupa, dan kata nene
adalah nama tumbuhan resam batangnya dapat dibuat pengikat pagar, atap dan
lain-lain.
Suku Kabaena
adalah suku yang bermukim di pulau Kabaena kabupaten Baombana provinsi Sulawesi
Tenggara. Suku Kabaena hidup di pulau yang sepanjang garis pantainya banyak
bisa ditemukan hamparan batu-batu permata biru yang berkilauan terkena sinar
matahari. Selain itu di pulau ini diduga banyak terdapat kandungan emas. Pulau
Kabaena ini juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan asing
maupun lokal. Karena keindahan pulau ini sudah terkenal sebagai salah satu
tempat wisata di pulau Sulawesi. Di pulau Kabaena selain suku Kabaena sebagai
penduduk asli pulau ini, juga ada etnis lain yang menghuni pulau ini, yaitu
suku Bajo yang bermukim di kecamatan Kabaena Barat.
Suku ini
terdapat di pulau Wawonii yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Menurut istilah
kata "Wawonii" diambil dari kata Wawo berarti di atas dan nii yang
berarti kelapa. Menurut cerita, nenek moyang Orang Wawonii berasal dari kampung
Lasolo dan Soropia (Torete) dan daratan Buton Utara di kampung Kulisusu. Mereka
telah mendiami pulau ini sejak berabad-abad yang lalu. Suku Wawonii juga
terkenal dengan ilmu hitam (santet) yang dapat dengan mudah melumpuhkan
lawannya. Tetapi ilmu ini sudah jarang digunakan oleh sebagian orang Wawonii
karena ilmu itu hanya bisa digunakan oleh orang tertentu saja.
Suku bangsa
yang satu ini sangat pandai menyesuaikan diri dengan kehidupan di perairan
Nusantara, bahkan sampai ke perairan kepulauan Filipina bagian selatan. Mereka
hidup berpindah-pindah di perairan laut dan teluk di sekitar Pulau Sulawesi,
Kalimantan, Sumatera bagian timur, Kepulauan Maluku bagian utara dan Kepulauan
Nusa Tenggara. Jumlah orang Bajau di seluruh Indonesia diperkirakan sekitar
50.000 jiwa. Kelompok yang paling banyak jumlahnya mungkin berada di sekitar
Sulawesi Tenggara, yaitu sekitar 25.000 jiwa.
Suku Bugis
merupakan suku asli dari Sulawesi Selatan. Suku Bugis terkenal sebagai suku
bangsa yang senang merantau dalam urusan perdagangan. Itulah sebabnya jika
ditanah Sulawesi Tenggara terdapat banyak Suku Bugis yang menetap dan tersebar
di beberapa Kabupaten antara lain terdapat di Kota Kendari, Kabupaten Bombana,
Konawe, Konawe Selatan, Kabaena dan beberapa Kabupaten lainnya.
v Bahasa Daerah
Untuk bahasan sub rumpun Bungku-
Tolaki tersebut diantaranya, Bahasa Tolaki, Moronene, Kulisusu, dan
Culambacu. Adapun bahasa sub rumpun Muna-Buton terbagi atas bahasa
Wakatobi, Muna, Cia-cia, Wolio, Lasalimu-Kamaru, dan yang paling terbaru
ditemukan, yakni bahasa Busoa.
Ada juga, misalnya bahasa
Mawasangka. Berdasarkan hasil penelitian SIL, Mawasangka merupakan bahasa
sendiri. Namun, setelah di hitung dengan analisis kuantitatifnya ternyata
bahasa Mawasangka merupakan dialek dari bahasa Muna.
v Pakaian Adat
1.
Pakaian Adat Babu Nggawi untuk
Mempelai Wanita
Pakaian babu nggawi terdiri atas lipa hinoru sebagai atasan, roo mendaa
sebagai bawahan, serta berbagai aksesoris lainnya. Atasan lipa hinoru merupakan
blus dengan bahu yang terputus, sementara bawahan roo menda adalah sebuah rok
panjang hingga mata kaki dengan warna yang sama seperti baju atasan dan dihiasi
manik-manik warna emas di bagian depannya dengan motif tradisional khas Tolaki
seperti motif pinetobo, motif pinesowi, dan motif pineburu mbaku. Pengantin
atau mempelai wanita juga akan melengkapi pakaian adat Sulawesi Tenggara yang
dikenakannya dengan beragam hiasan seperti anting-anting panjang terurai
(kumenda dan toe-tole), kalung eno-eno sinolo (panjang), kalung eno-eno renggi
(pendek), gelang bolusu (gelang besar), gelang pipisu (gelang kecil), gelang
poto (gelang permata), ikat pinggang berbentuk kura-kura (salupi ngglolopua),
dan perhiasan kaki berupa gelang 2 buah (O-langge).
2.
Pakaian Adat
Babu Nggawi Langgai untuk Pengantin Pria
Busana pengantin pria dalam pakaian adat Sulawesi
Tenggara suku Tolaki disebut Babu Nggawi Langgai. Pakaian ini berupa baju
atasan lengan panjang yang bagian depannya terbuka dengan hiasan keemasan pada
belahan baju, leher, dan lengan. Baju atasan ini bernama babu kandiu. Sementara
untuk bawahan, mereka menggunakan celana panjang dengan belahan pada bagian
bawah sepanjang 10 – 15 cm dan hiasan serupa dengan atasan. Celana panjang ini
bernama saluaro ala.
Sulawesi
Tenggara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Kendari.
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara
geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45′ –
06°15′ Lintang Selatan dan di antara 120°45′ – 124°30′ Bujur Timur dan
mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km⊃2; atau 3.814.000 ha dan wilayah perairan (laut) seluas 110.000 km⊃2; atau 11.000.000 ha.
Sulawesi
Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasar Perpu No. 2 tahun 1964
Juncto UU No. 13 Tahun 1964. Pada awalnya terdiri atas 4 (empat) kabupaten
yaitu: Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Buton
dengan Kota Kendari sebagai ibukota provinsi. Setelah pemekaran, Sulawesi
Tenggara mempunyai 10 kabupaten dan 2 kota.
v Alat Musik Tradisional
1. Alat Musik Baasi
Instrumen ini adalah seperangkat
potongan batang bambu berjumlah 10 buah yang dimainkan dengan cara
dipukul-pukul menggunakan rotan. Kesepuluh buah bambu Baasi memiliki panjang
yang berbeda-beda dengan setiap lubang di bagian pakalnya, sehingga ia akan
menghasilkan bunyi nada yang berbeda-beda pula. Umumnya Baasi dimainkan untuk
mengiringi tarian atau nyanyian lagu-lagu daerah itu.
2. Alat Musik Kanda
Wuta Kanda Wuta adalah alat musik
tradisional Sulawesi Tenggara yang sering dimainkan untuk mengiringi tarian
Lulo Ganda, tarian yang biasa dipertunjukan dalam pesta panen. Instrumen yang
terbuat dari kayu, rotan, tanah liat, dan pelepah sagu ini dimainkan dengan
cara dipukul.
Ladolado adalah alat musik
tradisional Sulawesi Tenggara yang berupa sejenis rebab tradisional dengan 4
dawai sebagai penghasil bunyinya. Lado-lado dimainkan dengan cara digesek.
Bagian tabung yang berbentuk melengkung adalah resonator yang mengeraskan bunyi
nada yang dihasilkan.
Dimba Nggowanu dalam bahasa
Indonesia berarti Gendang Bambu. Sesuai namanya, alat musik tradisional
Sulawesi Tenggara ini memang dibuat dari bahan bambu dan rotan. Rongga dalam
bambu utuh di instrumen ini berfungsi sebagai resonator untuk memperkuat
frekuensi bunyi yang dihasilkan, sementara rotan panjang yang dibentangkan
adalah penghasil gelombang bunyinya. Dahulunya, dimba Nggowuna digunakan
sebagai hiburan para wanita ketika tengah sibuk menenun.
Seruling bambu dalam alat musik
tradisional Sulawesi Tenggara tidak berbeda dengan seruling bambu yang dikenal
masyarakat Melayu pada umumnya. Instrumen yang dimainkan dengan cara ditiup ini
memiliki 7 buah lubang, 1 lubang berfungsi sebagai tempat meniup dan 6 lubang
lainnya berfungsi sebagai pengatur nada yang dihasilkan. Sama seperti seruling
Melayu lainnya, kita juga bisa menemukan seruling bambu khas Sulawesi Tenggara
ini dalam berbagai ukuran.
Gambus yang sebetulnya berasal dari
kebudayaan Timur Tengah juga dikenal masyarakat Sulawesi Tenggara dalam alat
musik tradisional yang biasa dimainkannya. Gambus masuk ke Sulawesi Tenggara
setelah datangnya pedagang Gujarat melalui jalur perdagangan. Berbeda dengan
Gambus yang ada di Sumatera, Gambus Sulawesi Tenggara ini hanya memiliki 5-8
dawai yang akan menghasilkan nada-nada melodis saat dipetik.
Sumber-Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara
http://lapatuju.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-berdirinya-propinsi-sulawesi.html
http://kendari.bpk.go.id/?page_id=388
https://kodeplat.blogspot.co.id/2017/07/kode-plat-nomer-kendaraan-seluruh.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Bandar_udara_di_Sulawesi_Tenggara
http://hubud.dephub.go.id/?id/bandara/index/filter:propinsi,29
https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara
http://dephub.go.id/post/read/18-pelabuhan-di-sulawesi-akan-diresmikan
http://lapatuju.blogspot.co.id/2013/09/profil-pejuang-sulawesi-tenggara-pasca.html
http://zonasultra.com/5-makanan-khas-sulawesi-tenggara-yang-membuat-anda- ketagihan.html
https://dapur-teh-enur.blogspot.co.id/2015/08/cara-membuat-kasoami.html
https://dapur-teh-enur.blogspot.co.id/2015/07/cara-membuat-kabuto-khas-sulteng.html
http://lapatuju.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-berdirinya-propinsi-sulawesi.html
http://kendari.bpk.go.id/?page_id=388
https://kodeplat.blogspot.co.id/2017/07/kode-plat-nomer-kendaraan-seluruh.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Bandar_udara_di_Sulawesi_Tenggara
http://hubud.dephub.go.id/?id/bandara/index/filter:propinsi,29
https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara
http://dephub.go.id/post/read/18-pelabuhan-di-sulawesi-akan-diresmikan
http://lapatuju.blogspot.co.id/2013/09/profil-pejuang-sulawesi-tenggara-pasca.html
http://zonasultra.com/5-makanan-khas-sulawesi-tenggara-yang-membuat-anda- ketagihan.html
https://dapur-teh-enur.blogspot.co.id/2015/08/cara-membuat-kasoami.html
https://dapur-teh-enur.blogspot.co.id/2015/07/cara-membuat-kabuto-khas-sulteng.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar