Rabu, 25 Oktober 2017

“SULAWESI TENGGARA”





Urutan Uraian Materi

v  Ibu Kota
  Sulawesi Tenggara merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibukota Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi.
v  Berdirinya
Realisasi pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dilakukan pada tanggal 27 April 1964, yaitu pada waktu dilakukannya serah terima wilayah kekuasaan dari Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara, Kolonel Inf.A.A Rifai kepada Pejabat Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, J. Wajong.Pada saat itu Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara mulai berdiri sendiri terpisah dari Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. Oleh karena itu tanggal 27 April 1964 adalah hari lahirnya Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara yang setiap tahun diperingati.
v  Dasar Hukum
Sulawesi Tenggara awalnya merupakan nama salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara Sulselra dengan Baubau sebagai ibukota kabupaten. Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasarkan Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No.13 Tahun 1964.
v  Letak
Secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' – 06°15' Lintang Selatan dan 120°45' – 124°30' Bujur Timur 

v Tanda Plat Nomor Kendaraan
·         Kabupaten Konawe (DT - A*), 
·         Kabupaten Kolaka Utara (DT - B*), 
·         Kabupaten Wakatobi (DT - C*), 
·         Kabupaten Muna (DT - D*), 
·         Kota Kendari (DT - E*), 
·         Kabupaten Buton Utara (DT - F*), 
·         Kabupaten Buton (DT - G*), 
·         Kabupaten Konawe Selatan (DT - H*), 
·         Kabupaten Kolaka (DT - J*), 
·         Kabupaten Bombana (DT - K*), 
·         Kabupaten Konawe Utara (DT - M*)
v  Luas Wilayah
Serta mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000 km² (11.000.000 ha).
v  Bandar Udara
·         Beto Ambari :
Alamat : Jl. Dayanu Ikhsanuddin, Kel. Katobengke, Kec. Betoambari, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, 93724
Pengelola : Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas : Kelas III
·         Buton Utara / lantagi
Alamat : Kel. Bonelipu, Kec. Kulisusu (Kalingsusu/Kalisusu), Kab. Buton Utara, Sulawesi Tenggara, 93672
Pengelola : TNI
Kelas : Satpel
·         Haluoleo
Alamat : Jl. Bandara WMI, Kendari, Kel. Ambaipua, Kec. Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, 93871
Pengelola : Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas : Kelas I
·         Matahora
Alamat : Jl.Ir.Soekarno, Kel. Matahora (Metohora), Kec. Wangi-Wangi Selatan, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 93795
Pengelola : Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas : Kelas III
·         Sangia Nibandera
Alamat : Desa Tanggetada, Kel. Tanggetada, Kec. Tanggetada, Kab. Kolaka, Sulawesi Tenggara, 93563
Pengelola : Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas : Kelas III
·         Sugimanuru Muna
Alamat : Jl.Poros Bandara Desa Kusambi Kec.Kusambi Kab.Muna Barat, Kel. Kusambi, Kec. Kusambi, Kab. Muna, Sulawesi Tenggara, 93655
Pengelola : Unit Penyelenggara Bandar Udara
Kelas : Kelas III


v  Pelabuhan Laut
Ø   Pelabuhan Fery Wamengkoli Buton Tengah
Ø    Pelabuhan Fery Batulo Baubau
Ø    Pelabuhan Liana Banggai Buton Tengah
Ø    Pelabuhan Simpu Buton Selatan
Ø    Pelabuhan Transito Talaga Raya – Buton Tengah




v  Pahlawan

1.         La Ode Muhammad Saman Ramli
             Sebab berjuang, beliau dan arek-arek Suroboyo yang dipimpin Bung Tomo tidak suka terhadap kehadiran tentara Inggris yang dipimpin oleh Mallaby yang bermaksud ingin menduduki kota Surabaya. Tujuan untuk mengusir tentara Inggris dari tanah ari Indonesia.

Akhir perjuangan yaitu mereka berhasil menurunkan bendera Belanda di hotel Yamato Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Atas jasanya, Ramli diberi penghargaan satya lencana bintang maha putra, suatu penghargaan tertinggi di republik ini, oleh presiden Soekarno. Kemudian pada saat memasuki masa tenang, ia kemudian bergabung dalam kesatuan Angkatan Laut di Surabaya dengan pangkat terakhir Letnan Laut. Pada tahun 1963 ia diangkat menjadi Komandan Angkatan Laut di Bau-Bau Buton. Pada tahun 1967 ia membentuk pos Angkatan Laut di Wanci hingga memasuki masa pensiun. Masa purna baktinya dihabiskannya dengan penh bahagia di kota Surabaya bersama isterinya ingga akhir hayatya.

2.       Andi Kasim dan Para Pejuang Yang Tergabung Dalam PRI-PKR Kolaka

               Sebab berjuangyaitu karena pada saat itu tentara Nica berniat memasuki daerah Koalaka Tujuan yaitu untuk mencegah kedatangan tentara Nica memasuki wilayah Kolaka serta untuk membela kemerdekaan Ri di Kolaka. Sedangkan tujuan yang paling utama adalah untuk mempertahankan cita-cita proklamasi kemerdekaan yang telah dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945.

 
Akhir perjuangan yaitu beliau dan kawan-kawan berhasil memporak-porandakan dan mempermalukan pasukan Nica dalam suatu perjalanan pulang dari Pomalaa menuju kendari. Namun di pihak PKR satu orang gugur sebagai syuhada dan satu orang luka.peristiwa inipun berakhir dengan perjanjian di Kolaka yang cukup a lot dan menegangkan antara deleasi pemerinahan Kolaka dipimpin Andi Kasim dengan Penguasa militer Australia di Makassar pada bulan Desember 1954.

3.       Konggoasa
Sebab berjuang yaitu karena beliau prihatin terhadap keadaan sosial ekonomi rakyat Kolaka yang sangat buruk akibat penjajahan Belanda yang ingin kembali menguasai Kolaka pada tahun 1945 yang turut serta membonceng tentara Australia yang bertujuan untuk melucuti bala tentara Jepang. Selain itu beliau dan rekan-rekannya juga merasa bahwa tindakan pihak Australia dan Belanda tersebut telah menginjak-injak kehormatan dan kedaulatan bangsa Indonesia yang telah merdeka.Tujuan berjuang yaitu agar segala bentuk Imperialisme dan Kolonialisme tidak bercokol kembali di bumi pertiwi.
Akhir perjuangan yaitu, setelah sekian lama melakukan perjuangan membela dan mempertahankan daerah Kolaka dengan berbagai cara serta dengan mengorbankan jiwa dan raganya akhirnya Beliau dapat tertangkap oleh pasukan Belanda hal ini terjadi karena kekuatan dan kemampuan anggota pasukannya kian hari kian berkurang sementara itu pasukan Belanda selalu mendapat bantuan baik jumlah anggota pasukannya maupun persenjataannya. Beliau tertangkap di markas persembunyiannya di pegunungan Sabilambo lama dan kemudian beliau dibawa ke Makassar bersama Latuma nanti pada tahun 1950 setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia dari Belanda barulah mereka dibebaskan.

 4. Silonde Bersaudara         

               Sebab berjuang yaitu karena mereka tidak suka serta menolak keinginan belanda untuk kembali berkuasa di bumu pertiwi.Tujuan yaitu untuk melawan keinginan Belanda yang ingin berkuasa kembali di Sulawesi Tenggara, khususya di Andoolo, serta untuk menyatakan wilayah Andoolo dan sekitarnya sebagai bagian dari Republik Indonesia.
Akhir perjuangan yaitu setelah diserang oleh tentara Nica yang membakar rumah-rumah pimpinan PKR, serta menyebabkan gugurnya seorang anggota PKR, Sersan Saiman sedangakan Silondae bersaudara (kecuali Muhammad Ali Silondae) dan kawan-kawan berhasil tertawan. Mereka disiksa dengan kejam dan keji di luar batas prikemanusiaan. Namun pada tanggal 28 Februari 1946, Muhammad Ali Silondae terkepung di Ladongi Raterate yang akhirnya juga ditahan dan dipenjara di Kendari. Anggota PKr seperti Abdullah Silondae, Jakub Silondae, dan Hanabi setelah ditahan di Kendari mereka kemudian di singkirkan ke Makassar di sinilah mereka meneruskan perjuangannya melawan Belanda, ada yang bergabung dengan pejuang-pejuang di Pulobangkeng dan ada pula yang meneruskan perjalanan ke pulau Jawa.  Sementara Muhammad Ali Silondae setelah keluar dari tahanan pada bulan Juli 1946 bersama anggotanya langsung bergabung dengan regu Konggoasa.

5. LA OLA
               Sebab berjuang yaitu karena beliau tidak suka dengan sikap pemerintah Belanda yang selalu menuntut pembayaran pajak dari rakyat pribumi.Tujuan yaitu untuk membela dan membebaskan bangsa dan negaranya dari segala bentuk penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing.
Akhir perjuanganya itu setelah berjuang membela negaranya selama tiga zaman, sejak zaman penjajahan Belanda hingga pengakuan kedaulatan atas Republik Indonesia pada tahun 1949 dan mengalami beberapa kemenangan akhirnya beliau memutuskan untuk mengundurkan diri dari keanggotaan TNI AL dan mulai menjalani masa purna baktinya mulai tanggal 27 Desember 1949 dan selanjutnya menekuni aktivitas pelayaran niaga. Pada tanggal 8 September 1964 beliau mendapat pengakuan sebagai veteran pejuang kemerdekaan RI masa bakti 4 tahun 4 bulan yaitu veteran golongan A hal ini berdasarkan Sk Menteri Urusan Veteran dan Mobilisasi RI No.90 KPTS/V/1964.       

6. LA HASUBA
 Sebab berjuang yaitu karena beliau tidak tahan melihat penderitaan rakyat pribumi  yang disebabkan oleh pemerintahan orang asing yang selalu sewenang-wenang dan kejam kpada mereka. Selain itu penyebab lainnya adalah sikap penguasa Buton yang selalu ingin bekerja sama dengan pihak Belanda.Tujuan yaitu untuk mempertahankan dan membela kemerdekaan bangsa dan negara serta hak-hak masyarakat pribumi.
Akhir perjuanganyaitu beliau berhasil membela kaumnya di kepulauan Wakatobi meskipun sebelumnya dalam upaya membantu rekan-rekannya sesama pejuang dalam memasok senjata untuk mereka gagal dilakukannya yang mengakibatkan beliau harus ditangkap dan diasingkan sebanyak dua kali. Beliau wafat pada tahun 1970 dalam usia 51 tahun karena sakit yang dideritanya.

7.  LA ODE IPA
Sebab berjuang yaitu karena beliau sangat prihatin melihat kenyataan yang dialami rakyat Muna selama masa penjajahan Belanda dan masa pedudukan Jepang yang sangat menyengsarakan rakyat. Ditambah lagi keinginan bangsa Belanda yang ingin kembali menjajah indonesia dengan cara bekerja sama dengan pihak Australia.Tujuan yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan RI di daerah Muna
Akhir perjuangan yaitu karena sikapnya yang secara terang-terangan menolak kedatangan tentara Nica Belanda serta menolak untuk diajak kompromi maka beliau akhirnya tewrpaksa dibawa oleh Belanda ke kapal perang Karl Dorman,  di dalam kapal tersebut beliau di paksa menyerahkan kekuasaannya sebagai kepala pemerintahan Negeri Muna kepada pemerintah Nica.



8. MAHASENG S. HASAN
Sebab berjuang yaitu karena beliau menentang segala bentuk Imperialisme dan Kolonialisme Belanda juga Jepang.Tujuan yaitu untuk membela bangsa dan negara serta kemerdekaanya dari angan bangsa asing.
Akhir perjuanganyaitu karena kegigihannya dalam mempertahankan kemerdekaan beliau terpaksa harus rela menyaksikan rumah beserta isinya dibakar habis oleh Belanda, dia sendiri harus merelakan dirinya ditangkap olekh Belanda pada tanggal 3 Maret 1946 dalam tahanan beliau dipukul dan disiksa dengan keras yang menyebabkan cacat dan kesehatannya amat terganggu yang kemudian membawa ajalnya.
Namun dalam pross perjuangan beliau berhasil menempel lambang Merah Putih pada peralatan perang Jepang di pelabuhan Kedari, Raha dan bau-Bau secara sembunyi-sembunyi, bukan hanya itu beliau juga berhasil memanjat tiang bendera Belanda dan segera merobek warna birunya dan tinggallah warna Merah Putih berkibar. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 2 September 1945.

9. HENDRIK BATULUPA

 Sebab berjuang yaitu karena beliau ingin kemerdekaan yang telah diproklamasikan oileh pemerintah tidak sia-sia selain itu beliau juga menentang rencana Belanda yang ingin kembali menjajah tanah air Ri. Tujuan berjuang yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah ada
Akhir perjuangan yaitu dalam upaya mempertahankan kemerdekaan kemerdekaan beliau juga pernah tertangkap dan dibawa ke kantor polisi Militer Kolaka kemudian di jebloskan ke penjara yang ada di Kolaka. Seama di penjara ia mendapat siksaan yang di luar batas prikemanusiaan oleh Bataliyon 151 KNIL Belanda kemudian pada tanggal 31 Desember 1946 ia dibebaskan.
Setelah dibebaskan ia kembali melakukan perjuangan dengan cara menagkap orang-orang yang dicurigai sebagai mata-mata KNIL Belanda. Arena itu pada tanggal 8 Januari-31 Desember beliau dan kawan-kawan dipindahkan di Kendari atas perintah Letnan aben sebagai Komandan Bataliyon 151. Disinilah beliau berhasil menjadi penghubung Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Di bawah pimpiunan Joseph, Konggoasa, dan Balebauw hingga taggal 31 Desember 1949.


v  Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta

1.      Universitas Dayanu Ikhsanuddin (UNIDAYAN[), Baubau
2.      Univeristas Halu Oleo (UNHALU), Kendari
3.      Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK), Kendari
4.      Universitas Muhammadiyah Buton (UMB), Baubau
5.      Universitas Islam Buton Nusantara (UNISBUN), Baubau
6.      AMIK Milan Dharma, Baubau
7.      Akademi Kebidanan Kabupaten Buton (AKBID Buton), Baubau
8.      Akademi Kebidanan Buton Raya (AKBID Buton Raya), Baubau
9.      Akademi Kebidanan YAPENAS (AKBID YAPENAS), Baubau
10.  Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI), Baubau
11.  Universitas Sulawesi Tenggara (UNSULTRA), Kendari

20.  Universitas Lakidende (UNILAKI)

v  Makanan Khas Daerah

1.      Kasoami


Kasoami merupakan makanan pokok tradisional yang paling populer di Sulawesi Tenggara. Kasoami dibuat dari tepung ubikayu melalui proses pengukusan.


Proses Pembuatan
  1. Kupas kulit ubi kayu lalu cuci hingga bersih kemudian diparut atau digiling dengan mesin parutan layaknya kita memarut kelapa.
  2. Bungkus hasil gilingan dengan menggunakan kain atau karung yang bersih agar produk parutan tetap higinis.
  3. Lakukan penindisan untuk mengurangi serta meniadakan kadar air ubi kayu. Biarkan selama 1-3 jam hingga air benar-benar kering.
  4. Hancurkan produk menggunakan tangan dengan cara mengelus-ngelusnya. Saringlah ubi kayu menggunakan saringan dari anyaman bambu dengan ukuran kira-kira 0.3 cm, hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pemasakan kasoami.
  5. Masukkan kedalam kulit kukusan berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Lalu masukkan kedalam periuk kukusan untuk dikukus.
  6. Tunggu hingga partikel-partikel pr-oduk terebut menyatu  dan terasa kental jika ditusuk yang menandakan kalau kasoami telah matang dan siap di hidangkan.
2.      Kabuto


Kabuto merupakan makanan khas masyarakat Kepulauan Muna Sulawesi Tenggara. Makanan ini berbahan dasar ketela pohon/singkong/ubi kayu yang telah dikeringkan yang mirip gaplek di Jawa. 
Cara membuat:
  1. Kulit singkong dikupas, dicuci lalu dijemur selama selama tiga hari, sampai terlihat setemhak kering.
  2. Singkokong disimpan dalam wadah tertutup selama sehari semalam sampai berubah warna menjadi kehitam-hitaman (fermentasi).
  3. Singkong dijemur kembali sampai kering. kulitnya dikikis menggunakan pisau, kemudian dipotong-potong. Rendam dalam air selama 6-8 jam.
  4. Cuci singkong hingga bersih, kukus Selama setengah jam sampai matang. Kabuto siap disajikan.
3.      Lapa-Lapa


Bahan dan Bumbu
  • Beras1 kg
  • Kelapa 2 butir, parut halus dan peras untuk diambil santannya
  • Garam halus ½ sendok makan
  • Daun pisang secukupnya
  • Tali (dari pelepah pohon pisang) secukupnya

Langkah Membuat Makanan Lapa-Lapa Khas Buton Sulawesi Tenggara Enak
  1. Beras dicuci sampai bersih kemudian dimasak bersama tambahan santan kelapa dan campuran secukupnya garam. Aduk merata dan masak sampai menjadi nasi aron.
  2. Angkat beras yang sudah menjadi nasi aron kemudian tuangkan secukupnya pada daun pisang dan bungkus dengan bentuk memanjang. Padatkan isiannya dan gulung rapih.
  3. Supaya bungkusannya tidak terbuka, silahkan anda ikat bungkusan daun pisangnya dengan tali dari pelepah pohon pisang yang sudah disiapkan sebelumnya.
  4. Setelah itu masukkan bungkusan daun pisang berisi nasi aron ke dalam perebusan dan rebus matang. proses ini dapat memakan waktu hingga 90 menit lamanya.
  5. Setelah dirasa matang dan isi dalam bungkusan daun pisang menjadi lapa-lapa, angkat dan tiriskan.

4.      Sinonggi

      

Bahan
·         Sagu Secukupnya
  • Air Secukupnya
  • Sayur atau Kuah Ikan
  • Daun Cemangi
  • Jeruk Nipis/Purut dan lombok biji

Cara Membuat:
·         Ambil Sagu secukupnya simpan di baskom yang kecil atau sedang, cuci hingga bersih terlebih dahulu tentunya, setelah bersih siapkan lah air panas, ingat yang mendidih,
·         karena jika kurang mendidih biasanya sagu menjadi setengah matang ciri-ciri nya berwarna putih dan bergumpal. Tuangkan air mendidih ke baskom yang berisi sagu sedikit demi sedikit,
·         Sambil di aduk-aduk tuangkan terus sampai warna sagu berubah menjadi agak bening seperti gambar dibawah ini.
·         Nah Sinonggi sudah jadi.


5.      Sate Gogos


Bahan
·         500 gram kerang hijau

Bumbu Kacang Sate Gogos Pokea :
·         300 ml kaldu kerang
·         200 gr kacang tanah goreng
·         5 sendok makan Sambal terasi
·         3 sendok makan kecap piring lombok
·         2 sendok makan gula merah
·         1 buah jeruk limo
Cara Membuat Sate Gogos Pokea :
1.      Rebus air hingga mendidih, masukan kerang lalu masak hingga kerang akan membuka secara otomatis, agar kerang matang secara merata segera keluarkan kerang dari cangkangnya. Biarkan sebentar dalam rebusan air.
2.      Angkat kerang lalu tusuk dalam tusukan sate, satu tusuk kurang lebih 5-6 buah kerang kemudian letakan dalam piring saji.
3.      Bumbu kacang : Campurkan kacang tanah dan juga sambal terasi, masak diatas api dengan ditambahkan air kaldu sisa perebusan kerang, masukan kecap piring lombok, gula merah, dan masak hingga bumbu mengental. Angkat jika dirasa sudah matang.
4.      Penyajian : Siramkan bumbu kacang di atas sate gogos pokea dan sajikan.



v  Objek Wisata

1. Pulau Muna

     
Pesona palau Muna dapat membuat Anda termanjakan, ketika datang ke tempat ini. Pulau Muna beriklim tropis menjadikanya kaya akan tumbuh-tumbuhan hijau yang tumbuh subur. Selain itu pulau Muna memiliki panorama bawah laut yang tak kalah indahnya. Daratan pulau Muna umunya dataran rendah yang memiliki ketinggian rata-rata 100 meter dpl. Karena kesuburannya, pulau ini terkenal akan kayu jati dan jambu mete. Kayu jati yang dihasilkan dari pulau ini, menjadi salah satu maskot yang sangat terkenal. Pulau Muna berlokasi di bagian tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas area dari pulau ini kurang lebih sekitar 2.889 km persegi dan terletak di selatan garis khatulistiwa

2. Pulau Labengki

     
Di tempat terdapat beberapa titik spot menyelam dan snokerling. Tidak di pungkiri lagi, Pulau Labengki memiliki pemandangan karang yang cantik serta memiliki air yang jernih. Sebab itulah tempat ini, menjadi salah satu destinasi wisata yang di buru oleh para wisatawan.
Selain itu pantai di Pulau Labengki ini rata-rata berpasir putih. Pulau Labengki terletak di Desa Lebengki tepatnya di Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Jika Anda ingin berlibur ke Pulau Lebengki ini, Anda harus membawa makanan dan minuman. Karena di pulau ini tidak menyediakan fasilitas warung makan bahkan penginapan. Jika ingin menginap disarankan agar membawa tenda sendiri.

3. Pantai Nambo

     
Pantai Nambo berada di Kota Kendari tepatnya di Kecamatan Abeli. Pantai ini berjarak kurang lebih 16 km daru pusat Kota Kendari. Jika Anda ingin berkunjung ke tempat ini, Anda diharuskan untuk ekstra hati-hati karena keadaan jalan cukup berliku serta jurang dan tebing di sisi kanan maupun kiri jalan. Sejauh mata memandang Aanda akan disuguhi dengan keindahan alam yang indah dan udara sejuk menuju Pantai Nambo.
Fasilitas yang ada di pantai Nambo ini, terbilang cukup memadai karena terdapat 31 gazebo, kamar bilas, vila, area parkir, serta warung-warung yang menjajahkan makanan dan dan minuman. Tempat wisata ini sangatlah cocok untuk menghabiskan hari libur Anda bersama kelurga atapun orang terkasih.
  

4. Pantai Liwutongkidi
     
Di sepanjang Pantai Liwutongkidi di pnuhi hamparan pasir putih yang bersih. Bukan hanya itu saya, kekayaan alam bawah laut dari Pantai Liwutongkidi menjadi daya Tarik wisatawan. Berbagai jenis terubu arang yang unik dapat Anda temui di tempat ini. Pantai ini berada di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Jika Anda ingin berkunjung ke tempat ini, Anda dapat menempuh menggunakan alat trasnsportasi pesawat dengan durasi tempuh selama 1 jam dari kota Kendari ataupun kapal laut dengan durasi tempuh kurang lebih 4 jam perjalanan.
Suasana pantai yang berada di sulawesi ini akan membuat anda merasakan kebahagian tersendiri. Dengan pemandangan alam laut dan juga pepohonan yang tinggi sehingga memberikan rasa sejuk dan asri jika anda mengunjungi pantai ini.

5. Air Terjun Samparona

    
Air terjun ini memiliki ketinggian mencapai sekitar 45 meter. Keberadaan air terjun Samparona di apit oleh dua tebing dan dikelilingi hutan yang tergolong alami dan sejuk. Air terjun Samparona ini berlokasi di Desa Kalisabu yang terletak di Kecamatan Sorawolio, Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Pejalanan menuju lokasi air terjun sangat memberikan tantangan, serta memacu adrenalin. Namun jangan khawatir rasa lelah yang menghampiri Anda selama perjalanan akan terasa menyenangkan karena terdapat jejeran pohon pinus dan kicauan burung-burung yang memberikan efek alami selama perjalanan.
6. Air Terjun Tumburano
    
Keindahan Air Terjun Tumburano begitu mempesona sejauh mata memandang. Air terjun ini memiliki tiga tingkat yang masih asri. Anda patut untuk mengunjungi air terjun ini, karena keindahan air terjun ini, dapat memanjakan mata Anda. Namun keindahan air terjun ini, belum sepadan dengan fasilitas di tempat ini. Air Terjun Tumburano, terletak di Kabupaten Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara.
Airt terjun ini berlokasi di dalam hutan, namun rupanya tempat ini menjadi tempat paling indah. Sebab, terdapat tebing yang sangat besar menyerupai atap rumah adat kuno berwarna cokelat. Hal ini memberikan keunikan tersendiri yang dapat disarakan dan dinikmati oleh pengunjung. Anda dapat merasakan langsung kesejukan air terjun ini. Rasa segara, menyenangkan, dan tenang akan Anda rasakan  ketika Anda melipir ke bawah tebing berbatuan.
7. Air Terjun Moremo
    
Banyak orang yang mengatakan bahwa air terjun Moremo ini adaah air terjun terindah di Indonesia. Air terjun Moremo berada di kawasan hutan Suaka Alam Tanjung Peropa. Jarak untuk menuju ke tempat ini  kurang lebih sekitar 40 km dari pusat Kota Kendari. Kondisi air di tempat ini sangat jernih dan alami. Berbeda dengan air terjun lainnya, di sini batu marmer yang di aliri oleh air tidak licin.
Hal ini di karenakan wilayah air terjun Moremo berada di daerah bebatuan kapur, sehingga lumut suit tumbuh. Objek wisata indah dan eksotis ini berada di Desa Sumber Sari tepat berada di Kecamatan Moremo Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Bersinggahlah di tempat wisata yang satu ini agar anda bisa menikmati wisata alam yang sangat wajib untuk kalian nikmati
8. Danau Biru
     
Danau Biru terletak di Parambahan, tepatnya di Kecamatan Talawi. Danau ini bah surge di Sulawesi Tenggara. Danau ini terbentuk dari beks galihan tambang batu bara yang lama kelamaan terisi air dan menjadi danau kecil. Dikawasan ini Anda akan disajikan pemandangan yang indah, dengan paduan pepohonan hijau. Tempat ini menjadi destinasi yang patut Anda kunjungi. Jika Anda berniat menuju Danau Biru ini, Anda disusahakan untuk menggunakan kendaraan khusus. Karena medan untuk menuju tempat ini cukup menantang. Batuan cukup tajam, mejadi suatu tantangan tersendiri jika Anda ingin menuju tempat ini. 
Dengan suasana danau biru yang menajubkan ini sehingga membuat anda betah berlama – lama menikmati suasana danau ini. Anda bisa menikmati suasana yang benar – benar bernuansa alam sekaligus bisa terjun langsung menikmati suasana danau nya.

9. Taman Laut Wakatobi
        
Taman Laut Wakatobi terletak di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Wisata laut ini menjadi destinasi wisata popular yang sudah dikenal cukup lama. Taman Laut Wakatobi terkenal akan terumbu karang dan biota laut yang beragam. Secara spesifik kawasan Taman laut ini dikelilingi pantai dari puau-pulai karang kurang lebih 600 km. Banyak potensi yang dapat dikelola dari wisata Tamam Laut Wakatobi ini. Daerah ini sangat cocok untuk Anda yang suka aktifitas diving, snokerling, berenang maupun memancing.
Keindahan alam laut yang berada di tempat wisata di sulawesi tengara ini yang membuat anda tidak akan bisa melupakan bagaimana indahnya wisata alam bawah laut yang masih terjaga 

10. Benteng Keraton Buton

      
Benteng Buton berbentuk lingkaran dengan keliling sekitar 2.740 meter. Benteng Buton ini adalah salah satu peninggalan sejarah. Sebelumnya Benteng ini di fungsikan sebagai Ibu Kota Kesultanan Buton yang memiliki arsitek unik, dengan bahan batu kapur yang berasal dari gunung. Benteng Keraton Buton ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 emplasemen meriam.
Benteng ini terletak di puncak bukit. Ketika Anda di Benteng Keraton Buton, Anda dapat melihat keindahan kota Buton atau kota Bau-Baudari ketinggian. Sampai saat ini Benteng Keraton Buton masih berdiri kokoh.
v  Peninggalan Bersejarah
Baluarana waberongalu 

Merupakan salah satu benteng atau pintu gerbang pertahanan yang terletak pada sudut utara benteng keraton. posisinya bersebelahan dengan Baluarana Tanailandu. pada bagian dalam benteng terdapat sebuah meriam besar yang digunakan sebagai alat persenjataan (penyimpanan bom).
Baluarana waberongalu ini berfungsi untuk menjaga dan memantau musuh dari arah utara. musuh-musuh tersebut biasanya datang dari negeri luar seperti Belanda atau jepang,mereka datang untuk maksud dan tujuan yang negatif bagi tanah Buton. Proses pemberian nama dari masing-masing Baluarana tersebut di dasari pada ruang-ruang penjaganya.

Baruga


Menurut sejarah Buton dahulu, yang dimulai dari kerajaan tepatnya pada tahun 1542 M dan pada tahun 1712 M Buton beralih menjadi sebuah kesultanan. dari itu pada massa pemerintahan Sultan Syakiyuddin Darul Alam atau biasa di kenal dengan Laelangi. Di masa pemerintahan beliau banyak yang dibangun Benteng keraton Buton dan salah satunya adalah Baruga. Baruga pada masa pemerintahan Laelangi berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para sultan untuk melakukan upacara ataupun membahas masalah-masalah ekonomi, politik dan lain-lain yang di hadapi oleh masyarakat Buton. Di samping itu baruga juga digunakan untuk pelantikan sultan-sultan.

Makam Sultan Nasruddin (La Ibi/Oputa Mosabuna Yilawalangke)




Memerintah pada tahun 1709 s/d 1711 M. Sultan Nasruddin adalah gelar sultan La Ibi. diriwayatkan,sebenarnya beliau merasa berat untuk menerimah jabatan Sultan. La Ibi terpaksa menerima itu karena demi kehormatan kaumnya yaitu aliran bangsawan Tanailandu. La Ibi menerima jabatan tersebut pada salah seorang diantaranya yang merasa mampu untuk menjalankan jabatan sultan.
Sejarah Mujina Kalau 

Mujina adalah seorang perempuan dengan ciri-ciri fisik putih berikat sanggul di kepala dan silsilahnya berhubungan dengan sultan ke-29. Beliau juga suka memakai jubah berwarna biru dengan kain selempang, memakai pedang dan berkuda.Turunannya dari sultan 17-29, warna kesukaanya warna kuning emas campur merah dan itulah yang merupakan simbol dari tempat duduknya berbentuk tiga lekungan. Hanya saja di saat Istana/Keraton mengalami perpindahan dari keraton lama ke keraton baru yaitu dimasa kekuasaan Sultan Murhum, semua hilang begitu saja bersama dengan keraton lama yang artinya " Gaib " dan itu merupakan kekuasaan dari ALLAH SWT.
Makam Mujina kalau ini bertempat di kelurahan Melai dan berada di dalam area perumahan masyarakat Melai. dimana didalam area tersebut terdapat banyak makam dan salah satunya adalah makam Mujina Kalau, yang dibatasi dengan pagar beton dengan lambang berciri khas Rumah Baruga tepat diatas pintu masuk area pemakaman beliau.

Makam Sultan Murhum Khalifatul Hamis


Sultan Murhum diangkat menjadi sultan Buton pada abad ke-6 dengan perubahan struktur pemerintahan dalam masa Raja Mulae maka wilayah kerajaan Buton lebih luas lagi. Beliau dalam silsilah, Biasa disebut Lakila ada pula yang menyebut Lakilaponto. Lakilaponto di abaikan namanya menjadi Murhum.
Sultan Murhum menerima Syekh Abdul Wahid bersama istrinya di keraton untuk jangan bertemu orang banyak, dimana Syekh Abdul Wahid menganjurkan pada Sultan dan pejabat kerajaan serta seluruh masyarakat agar masuk agama Islam serta mengaku bahwa Muhammad SAW adalah pesuruh ALLAH. akhirnya Sultan dan isterinya disusul oleh para pejabat kerajaan serta masuk agama Islam.
Beliau menjabat sebagai Sultan sejak tahun 1538 M, selama 46 tahun sampai beliau wafat pada tahun 1584. Jirat makam di perbaiki pada tahun 1989, dibuatkan sarana jalan yang menuju situs.

Masjid Agung Keraton Buton

Mesjid Agung Keraton Buton bisa juga di sebut sebagai lambang kerajaan Buton, karena kokoh bangunanya
Letak Geografis
Mesjid Agung Keraton Buton terletak dalam benteng keraton Buton, datas bukit yang bernama bukit sin. karena bentuknya seperti sin.
Ujung I : letak kuburan seerti baaluwu di sebut waolima/walimea yang artinya "tebaslah" , tindakan pertama penebasan untuk perkampungan.
Ujung II : Torisi adalah tempat mengadakan pertemuan.
Ujung III : Gama/Gema yang bertujuan bergema sepanjang masa.

Bentuk atau Arsitektur bangunan
Bentuk
Panjang saf 13, dan 40 orang persafnya.
Didirikan sejak tahun 948 H (1538) oleh Syekh Abdul Wahid.

Arsitektur Bangunan
Mesjid Agung Keraton didirikan pada masa kesultanan Buton adalah "Mesjid Agung Keraton" yang di dirikan pada tahun 948 H (1538 M) yang menjadi pelopor pembangunannya adalah Syekh Abdul Wahid, di bantu para pejabat tinggi kerajaan seperti sultan Murhum, Sangia, La Ulo. wakti otu Sapati menjawarai, sudah meninggalkan Buton.

Luas Mesjid
·         luas Mesjid 18x24 m persegi, panjang berbentu Mihrab
·         luas serambi muka 5x40 m persegi
·         luas serambi kanan 8x40 m persegi
·         luas serambi bagian barat 20x40 m persegi
·         luas serambi bagian serambi kiri selatan 14x40 m persegi

v  Industri dan Pertambangan



Sulawesi Tenggara memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah, salah satu potensi yang cukup besar dan menjadi primadona yaitu pertambangan sepertiTambang aspal  di Kabupaten Buton, Tambang emas di Kabupaten Bombana, Tambang nikel  di kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe Utara, Konsel, Bombana  dan Konawe, potensi tambang marmer, batu granit dan krom tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara dan untuk potensi tambang minyak  di Kabupaten Buton Utara dan Buton.


v  Rumah Adat

Rumah Adat Sulawesi Tenggara

Rumah Adat Banua Tada Rumah adat Banua Tana berbentuk rumah panggung dengan material utamanya adalah kayu tanpa menggunakan paku. Banua Tada terdiri dari 2 kata, yaitu Banua yang berarti rumah dan Tada yang berarti siku. Secara harfiah, Banua Tada berarti rumah siku. 
Berdasarkan peruntukannya, rumah adat Banua Tada terbagi dalam 3 jenis, yaitu Kamali atau malige, yang merupakan rumah atau istana tempat tinggal raja berserta keluarganya; Banua tada tare pata pale, merupakan rumah siku bertiang empat tenpat tinggal pejabat dan pegawai istana; dan Banua tada tare talu pale, merupakan rumah siku bertiang tiga tempat tinggal orang biasa.
Sebagai peninggalan kesultanan Buton, rumah adat Kamali atau Malige inilah yang lebih dikenal sebagai Rumah Adat Sulawesi Tenggara. Di Malige sendiri terdapat simbol-simbol dan hiasan yang banyak dipengaruhi oleh konsep dan ajaran tasawuf. Simbol dan hiasan tersebut melambangkan nilai-nilai budaya, kearifan lokal dan cerita dari peradaban kesultanan Buton di masa silam.


v  Senjata Tradisional

·         Keris Pusaka Emas Aru Palaka



Keris pusaka emas aru palaka senjata pusaka dari raja – raja di kerajaan Buton. Rante Mas dan Keris Pusaka Emas Aru Palaka (La Tenritatta Arung Pakka Petta Malampe’E Gemme’na Daeng Serang Datu Marioriwawo). Kembaran Keris Pusaka ini diberikan juga oleh Aru Palaka kepada Sultan Buton ke 9 Sultan Qaimuddin Malik Sirullah Khalifatul Khamis, yang menerima suaka suaka politik Aru Palaka di Buton bersama Istrinya Imangkawani Daeng Talele bersama teman-temannya Arung Bila, Arung Apanang, Arung Belo, Arung Pattojo dan Arung Kaju pada bulan Oktober 1660.

·         Keris Meantu’u Tiworo Liya
         

Merupakan senjata digunakan untuk berperang jarak dekat, yang dimiliki salah satu pembesar dimasa pemerintahan Raja Liya atau Lakina Liya berkuasa yang bertugas mengamankan dan mengatur semua hasil tanaman rakyat atau tanaman sara yang berada diwilayah pesisir pantai.

·         Tombak Meantu’u Tiworo Liya
Merupakan senjata digunakan untuk berperang jarak jauh, yang dimiliki salah satu pembesar dimasa pemerintahan Raja Liya atau Lakina Liya berkuasa yang bertugas mengamankan dan mengatur semua hasil tanaman rakyat atau tanaman sara yang berada diwilayah pesisir pantai.
                              (Gambar Tobak dan Keris Meantu’u Tiworo Liya)
·         Parang Taawu (Pade Taawu)
        
Parang Taawu sendiri dahulu merupakan pusaka bertuah masyarakat suku Mekongga yang mendiami wilayah kabupaten Kolaka. Pade Taawu atau Parang Taawu pada zaman dahulu dipergunakan oleh raja-raja atau Tamalaki (Panglima Perang) pada waktu peperangan. Akan tetapi pada masa kini, parang taawu biasa gunakan sebagai alat bantu untuk mata pencaharian petani, seperti merentes kebun yang sudah banyak ditumbuhi rumput alang-alang atau juga memotong kayu-kayu.
v  Lagu-Lagu Daerah

·         Lagu Daerah Sulawesi Tenggara - Peia Tawa-Tawa

Peia tawa tawa                        [Bag.1]
Peia tawa tawa
Noamba Tepumbu..
Peia tawa tawa
Peia tawa  tawa
Noamba tepumbu..
      Tepumbu luale..
      Tepumbu anandonia..
      Ronga tono motuo..

Rombe kai kai                       [Bag.2]
Rombe kai kai
Noamba Tepali
Rombe kai kai
Rombe kai kai
Noamba tepali..
     Molulo molulo..
     Molulo luwuakono

Molulo sambe menggaa
Molulo Molulo
Moulo luwuakono
Molulo sambe menggaa

·         Lagu Daerah Sulawesi Tenggara - Tana Wolio
Tana wolio liwuto bau
Bura satongka auwalina
Iweitumo tana minaaku
Lembokanaa moraaku
Tula-tula morikana
Kumalinguakamea
Tabeana mancuana
Bemo sau-saua

Tula-tula morikana
Kumalinguakamea
Tabeana mancuana
Bemo sau-saua
Tana wolio lape-lapea
Ingkita dadi mangura

·         Lagu Daerah Sulawesi Tenggara - Wulele Sanggula


O……. Wulele Sanggula

O……. Wulele sangggula

Tumbuno walande

Porehuka mokole



Ooooo …… wulele wekoila

Anowai  inuangino  sangia

Sangia lohuene

Mokok lipu wuta


Ikita nggita  I unuaha
Pesorongano tarimaja wulao
Ikita nngita lunaha
Petiriano luale wajaula

·         Lagu Daerah Sulawesi Tenggara - Symponi  Bahteramas 
Diantara bentangan laut biru

Terdapat desiran yang indah

Bumi sulawesi tenggara dengan segala kekayaannya,,,,,

Kini saatnya kita bersatu dalam barisan



Mari semua bargandeng

Tangan kita bangun kesejahtraan

Masyarakatlah yang utama

Menuju msa depan cemerlang

kini saatnya kita kembangkan semua
Potensi yang ada

Tanah wolio terkenal aspalnya
Wuteno muna cantik alamnya
Tanah metongga berlimpah nikelnya
Wonua konawe jadi lumbung beras
Pulau hugo indah di wakatobi
Bombana kaya dengan hasil laut
Pesona budaya bumi kendari
Kini saatnya kita berkarya untk daerah kita

v  Suku-Suku

·         Suku Tolaki




Suku Tolaki adalah suatu komunitas masyarakat yang berdiam di kota Kendari, Konawe dan konawe selatan di Sulawesi Tenggara. Menurut cerita rakyat, bahwa dahulu ada sebuah kerajaan, yaitu Kerajaan Konawe. Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo. Dari keturunan orang-orang kerajaan inilah yang menjadi masyarakat suku Tolaki sekarang. Pada masa sebelum-sebelumnya orang Tolaki merupakan masyarakat yang nomaden, mereka bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, hidup dari hasil berburu dan mencari tempat baru untuk membuka ladang. Mereka percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari daratan china, yaitu dari daerah Yunnan yang bermigrasi ke wilayah ini.
Dalam tradisi orang Tolaki memberi petunjuk bahwa penghuni pertama daratan Sulawesi Tenggara adalah Toono Peiku (ndoka) yang hidup dalam gua-gua dan makanannya adalah Sekam. Orang Tolaki pada umumnya menamakan dirinya Tolahianga yang artinya orang dari langit, yaitu dari Cina. Kalau demikian istilah Hiu dalam bahasa Cina artinya langit dihubungkan dengan kata Heo (Oheo) bahasa Tolaki yang berarti terdampar.

·         Suku Mekongga


    
Suku Mekongga, adalah salah suatu komunitas masyarakat adat yang berdiam di kabupaten Kolaka dan sebagian kecil juga terdapat di kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara. Suku Mekongga merupakan salah satu sub-etnik dari suku Tolaki. Menurut orang Tolaki, bahwa orang Mekongga adalah orang Tolaki juga. Istilah Mekongga, konon berasal dari kata "to mekongga", yang berarti "to" berarti "orang" dan "mekongga" berarti "pembunuh burung elang raksasa", jadi kata "to mekongga" berarti "orang yang membunuh burung elang raksasa". Sedangkan burung elang raksasa dalam bahasa Mekongga adalah "Konggaha’a".
Kabupaten Kolaka tempat kediaman suku Mekongga ini disebut juga sebagai "Bumi Mekongga". Di daerah pemukiman orang Mekongga terdapat sebuah gunung yang bernama gunung Mekongga. Menurut orang Mekongga sendiri gunung Mekongga merupakan gunung keramat. Menurut cerita rakyat, di gunung ini terdapat Tebing Putih yang bernama Musero-sero yang merupakan pusat kerajaan jin untuk wilayah Kolaka Utara.


·         Suku Buton


    


            Orang Buton atau Butung mendiami pulau Buton atau Pulau Butung yang terletak di sebelah selatan jazirah Sulawesi bagian Tenggara. Secara administratif berada dalam wilayah Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Orang Buton dikenal sebagai salah satu suku bangsa perantau. Banyak di antara mereka yang tersebar sampai ke Sabah (Malayisa), Pulau Seram, dan Maluku Utara. Mereka memang terkenal sebagai pelaut dan pedagang yang ulet. Populasinya sekarang sekitar 400.000 jiwa. Bahasa Buton digolongkan ahli etnolinguistik klasik, Esser, ke dalam kelompok Muna-Butung. Bahasa Buton terbagi ke dalam beberapa dialek, seperti dialek Butung, Wolio, Wapacana, Cia-Cia, dan Wakatobi. Kemudian semua dialek itu terbagi-bagi lagi ke dalam lebih kurang 22 buah sub-dialek.


·         Suku Wolio



Suku Wolio adalah suatu suku yang tersebar di kepulauan Buton, Muna dan Kabaena di provinsi Sulawesi Tenggara. Juga terdapat di pulau-pulau kecil di provinsi Selatan. Populasi suku Wolio diperkirakan lebih dari 30.000 orang. Suku Wolio berbicara dengan bahasa Wolio. Bahasa Wolio merupakan sub-bahasa Buton-Muna, yang termasuk cabang bahasa Austronesia. Menurut para peneliti bahwa suku Wolio ini merupakan bagian dari sub-suku Buton. Dikatakan bahwa dahulunya orang Wolio juga merupakan keturunan dari Kerajaan Buton yang sejak abad 15 menguasai wilayah Buton. Hingga saat ini bahasa Wolio masih dipakai oleh masyarakat khususnya yang ada di Kota Bau-Bau, namum bahasa Wolio ini tetap dikenal oleh masyarakat dari berbagai penjuru daerah bekas pemerintahan kerajaan atau kesultanan Buton.

·         Suku Muna


Suku bangsa Muna yang sering juga disebut Tomuna menetap di Pulau Muna. Daerah mereka dalam wilayah kabupaten Muna dan Muna Barat, yang terletak di sebelah selatan jazirah Sulawesi Tenggara. Pada zaman dulu Pulau Muna termasuk dalam wilayah Kesultanan Butung (Buton).  Ahli etnolinguistik klasik, Esser menggolongkan bahasa Muna ke dalam kelompok bahasa Muna-Buton. Bahasa ini terbagi lagi menjadi beberapa dialek, seperti Dialek Tiworo, Mawasangka, Gu, Kotobengke, Silompu dan Kadatua. Jumlah populasinya sekitar 300.000 jiwa
 Orang Muna kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan petani di ladang-ladang dengan tanaman utamanya jagung. Selain itu mereka juga menanam ubi, tebu, kelapa dan sayur-sayuran. Makanan khas orang Muna yang terkenal yaitu Kabuto yang terbuat dari bahan ubi. Tanaman komoditi ekspor mereka adalah kopi, tembakau, cengkeh dan kapuk.

·         Suku Moronene

     
Suku Moronene adalah suatu suku bangsa yang mendiami wilayah pada bagian ujung selatan jazirah Sulawesi Tenggara. Sebelum kata Moronene, digunakan Wonua Bombana/Wita Moronene, yaitu kerajaan Moronene seperti yang dituturkan dalam kada (suatu legenda dalam sastra moronene).
 Didalam kada dituturkan bahwa kerajaan Moronene diperintah oleh seorang Raja yang bernama Tongki Pu’u Wonua. Tidak diketahui dari mana asalnya dan siapa orangnya, hanya dituturkan bahwa beliau adalah seorang keturunan Raja dari sebuah kerajaan. Nama Moronene telah lazim digunakan untuk nama bahasa dan nama suku bangsa yang dahulunya terhimpun dalam satu wadah Kerajaan yaitu Kerajaan Moronene. Secara etimologis istilah Moronene berasal dari dua kata yaitu moro yang artinya sejenis, serupa, dan kata nene adalah nama tumbuhan resam batangnya dapat dibuat pengikat pagar, atap dan lain-lain.

·         Suku Kabaena

Suku Kabaena adalah suku yang bermukim di pulau Kabaena kabupaten Baombana provinsi Sulawesi Tenggara. Suku Kabaena hidup di pulau yang sepanjang garis pantainya banyak bisa ditemukan hamparan batu-batu permata biru yang berkilauan terkena sinar matahari. Selain itu di pulau ini diduga banyak terdapat kandungan emas. Pulau Kabaena ini juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan asing maupun lokal. Karena keindahan pulau ini sudah terkenal sebagai salah satu tempat wisata di pulau Sulawesi. Di pulau Kabaena selain suku Kabaena sebagai penduduk asli pulau ini, juga ada etnis lain yang menghuni pulau ini, yaitu suku Bajo yang bermukim di kecamatan Kabaena Barat.

·         Suku Wawonii

Suku ini terdapat di pulau Wawonii yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Menurut istilah kata "Wawonii" diambil dari kata Wawo berarti di atas dan nii yang berarti kelapa. Menurut cerita, nenek moyang Orang Wawonii berasal dari kampung Lasolo dan Soropia (Torete) dan daratan Buton Utara di kampung Kulisusu. Mereka telah mendiami pulau ini sejak berabad-abad yang lalu. Suku Wawonii juga terkenal dengan ilmu hitam (santet) yang dapat dengan mudah melumpuhkan lawannya. Tetapi ilmu ini sudah jarang digunakan oleh sebagian orang Wawonii karena ilmu itu hanya bisa digunakan oleh orang tertentu saja.

·         Suku Bajau

Suku bangsa yang satu ini sangat pandai menyesuaikan diri dengan kehidupan di perairan Nusantara, bahkan sampai ke perairan kepulauan Filipina bagian selatan. Mereka hidup berpindah-pindah di perairan laut dan teluk di sekitar Pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera bagian timur, Kepulauan Maluku bagian utara dan Kepulauan Nusa Tenggara. Jumlah orang Bajau di seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 50.000 jiwa. Kelompok yang paling banyak jumlahnya mungkin berada di sekitar Sulawesi Tenggara, yaitu sekitar 25.000 jiwa.


·         Suku Bugis

Suku Bugis merupakan suku asli dari Sulawesi Selatan. Suku Bugis terkenal sebagai suku bangsa yang senang merantau dalam urusan perdagangan. Itulah sebabnya jika ditanah Sulawesi Tenggara terdapat banyak Suku Bugis yang menetap dan tersebar di beberapa Kabupaten antara lain terdapat di Kota Kendari, Kabupaten Bombana, Konawe, Konawe Selatan, Kabaena dan beberapa Kabupaten lainnya.


v  Bahasa Daerah
Untuk bahasan sub rumpun Bungku- Tolaki  tersebut diantaranya,  Bahasa Tolaki, Moronene, Kulisusu, dan Culambacu. Adapun bahasa  sub rumpun Muna-Buton terbagi atas bahasa Wakatobi, Muna, Cia-cia, Wolio, Lasalimu-Kamaru, dan yang paling terbaru ditemukan, yakni bahasa Busoa.
Ada juga, misalnya bahasa Mawasangka. Berdasarkan hasil penelitian SIL, Mawasangka merupakan bahasa sendiri. Namun, setelah di hitung dengan analisis kuantitatifnya ternyata bahasa Mawasangka merupakan dialek dari bahasa Muna. 


v  Pakaian Adat

1.      Pakaian Adat Babu Nggawi untuk Mempelai Wanita
Pakaian babu nggawi terdiri atas lipa hinoru sebagai atasan, roo mendaa sebagai bawahan, serta berbagai aksesoris lainnya. Atasan lipa hinoru merupakan blus dengan bahu yang terputus, sementara bawahan roo menda adalah sebuah rok panjang hingga mata kaki dengan warna yang sama seperti baju atasan dan dihiasi manik-manik warna emas di bagian depannya dengan motif tradisional khas Tolaki seperti motif pinetobo, motif pinesowi, dan motif pineburu mbaku. Pengantin atau mempelai wanita juga akan melengkapi pakaian adat Sulawesi Tenggara yang dikenakannya dengan beragam hiasan seperti anting-anting panjang terurai (kumenda dan toe-tole), kalung eno-eno sinolo (panjang), kalung eno-eno renggi (pendek), gelang bolusu (gelang besar), gelang pipisu (gelang kecil), gelang poto (gelang permata), ikat pinggang berbentuk kura-kura (salupi ngglolopua), dan perhiasan kaki berupa gelang 2 buah (O-langge).

2.      Pakaian Adat Babu Nggawi Langgai untuk Pengantin Pria
Busana pengantin pria dalam pakaian adat Sulawesi Tenggara suku Tolaki disebut Babu Nggawi Langgai. Pakaian ini berupa baju atasan lengan panjang yang bagian depannya terbuka dengan hiasan keemasan pada belahan baju, leher, dan lengan. Baju atasan ini bernama babu kandiu. Sementara untuk bawahan, mereka menggunakan celana panjang dengan belahan pada bagian bawah sepanjang 10 – 15 cm dan hiasan serupa dengan atasan. Celana panjang ini bernama saluaro ala.


                                            (Gambar Pakaian Adat Sulawesi Tenggara)

v  Identitas Daerah

Sulawesi Tenggara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45′ – 06°15′ Lintang Selatan dan di antara 120°45′ – 124°30′ Bujur Timur dan mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km2; atau 3.814.000 ha dan wilayah perairan (laut) seluas 110.000 km2; atau 11.000.000 ha.
Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasar Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No. 13 Tahun 1964. Pada awalnya terdiri atas 4 (empat) kabupaten yaitu: Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Buton dengan Kota Kendari sebagai ibukota provinsi. Setelah pemekaran, Sulawesi Tenggara mempunyai 10 kabupaten dan 2 kota.







v  Alat Musik Tradisional

1.      Alat Musik Baasi
 
Instrumen ini adalah seperangkat potongan batang bambu berjumlah 10 buah yang dimainkan dengan cara dipukul-pukul menggunakan rotan. Kesepuluh buah bambu Baasi memiliki panjang yang berbeda-beda dengan setiap lubang di bagian pakalnya, sehingga ia akan menghasilkan bunyi nada yang berbeda-beda pula. Umumnya Baasi dimainkan untuk mengiringi tarian atau nyanyian lagu-lagu daerah itu.

2. Alat Musik Kanda

Wuta Kanda Wuta adalah alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang sering dimainkan untuk mengiringi tarian Lulo Ganda, tarian yang biasa dipertunjukan dalam pesta panen. Instrumen yang terbuat dari kayu, rotan, tanah liat, dan pelepah sagu ini dimainkan dengan cara dipukul.

 3.Alat Musik Ladolado

Ladolado adalah alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang berupa sejenis rebab tradisional dengan 4 dawai sebagai penghasil bunyinya. Lado-lado dimainkan dengan cara digesek. Bagian tabung yang berbentuk melengkung adalah resonator yang mengeraskan bunyi nada yang dihasilkan.

  4. Alat Musik Dimba Nggowuna

Dimba Nggowanu dalam bahasa Indonesia berarti Gendang Bambu. Sesuai namanya, alat musik tradisional Sulawesi Tenggara ini memang dibuat dari bahan bambu dan rotan. Rongga dalam bambu utuh di instrumen ini berfungsi sebagai resonator untuk memperkuat frekuensi bunyi yang dihasilkan, sementara rotan panjang yang dibentangkan adalah penghasil gelombang bunyinya. Dahulunya, dimba Nggowuna digunakan sebagai hiburan para wanita ketika tengah sibuk menenun.

5.      Alat Musik Seruling Bambu

Seruling bambu dalam alat musik tradisional Sulawesi Tenggara tidak berbeda dengan seruling bambu yang dikenal masyarakat Melayu pada umumnya. Instrumen yang dimainkan dengan cara ditiup ini memiliki 7 buah lubang, 1 lubang berfungsi sebagai tempat meniup dan 6 lubang lainnya berfungsi sebagai pengatur nada yang dihasilkan. Sama seperti seruling Melayu lainnya, kita juga bisa menemukan seruling bambu khas Sulawesi Tenggara ini dalam berbagai ukuran.

6.      Alat Musik Gambus

Gambus yang sebetulnya berasal dari kebudayaan Timur Tengah juga dikenal masyarakat Sulawesi Tenggara dalam alat musik tradisional yang biasa dimainkannya. Gambus masuk ke Sulawesi Tenggara setelah datangnya pedagang Gujarat melalui jalur perdagangan. Berbeda dengan Gambus yang ada di Sumatera, Gambus Sulawesi Tenggara ini hanya memiliki 5-8 dawai yang akan menghasilkan nada-nada melodis saat dipetik.


Sumber-Sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara
http://lapatuju.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-berdirinya-propinsi-sulawesi.html
http://kendari.bpk.go.id/?page_id=388
https://kodeplat.blogspot.co.id/2017/07/kode-plat-nomer-kendaraan-seluruh.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Bandar_udara_di_Sulawesi_Tenggara
http://hubud.dephub.go.id/?id/bandara/index/filter:propinsi,29
https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara
http://dephub.go.id/post/read/18-pelabuhan-di-sulawesi-akan-diresmikan
http://lapatuju.blogspot.co.id/2013/09/profil-pejuang-sulawesi-tenggara-pasca.html
http://zonasultra.com/5-makanan-khas-sulawesi-tenggara-yang-membuat-anda-                                      ketagihan.html
https://dapur-teh-enur.blogspot.co.id/2015/08/cara-membuat-kasoami.html
https://dapur-teh-enur.blogspot.co.id/2015/07/cara-membuat-kabuto-khas-sulteng.html














Tidak ada komentar:

Posting Komentar